2.1.1 Pada
kala I
1. Perdarahan
pervaginam.
2. Riwayat
bedah sesar.
3. Persalinan
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
4. Ketuban
pecah disertai dengan meconeum yang kental.
5. Ketuban
pecah lama (lebih dari 24 jam).
6. Ketuban
pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
7. Icterus.
8. Anemia
berat.
9. Tanda
atau gejala infeksi.
10. Pre-eklamsia/hipertensi
dalam kehamilan.
11. Tinggi
fundus 40 cm/lebih.
12. Gawat
janin.
13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala
janin masih 5/5
14. Presentasi
bukan belakang kepala.
15. Presentasi
ganda (majemuk).
16. Kehamilan
ganda/gemelli.
17. Tali
pusat menumbung.
18. Shock.
Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau
Rujukan Segera Selama Kala I Persalinan
Temuan-temuan
anamnesis dan / atau
pemeriksaan |
Rencana untuk
Asuhan / Perawatan |
Riwayat bedah sesar |
1. Segera rujuk ibu ke
fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 2. Damping ibu ke
tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat. |
Perdarahan
pervaginam selain lendir bercampur darah
(show). |
Jangan melakukan pemeriksa dalam : 1.
Baringkan ibu ke sisi kiri. 2. Pasang
infus RL (jarum ukuran 16 atau 18). 3.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit (PONEK). 4.
Dampingi ibu ke tempat rujukan. |
Kurang
dari 37 minggu (persalinan kurang bulan) |
1. Segera rujuk ibu ke
rumah sakit (PONEK). 2. Damping ibu ke
tempat rujukan. |
Ketuban
pecah disertai dengan keluarnya meconeum kental. |
1.
Baringkan ibu ke kiri. 2.
Dengarkan DJJ. 3.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit (PONEK). 4.
Dampingi ibu ke tempat rujukan dan membawa partus set
untuk mengantisipasi ibu melahirkan di perjalanan. |
Ketuban
pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit meconeum disertai tanda-tanda
gawat janin. |
1.
Dengarkan/pantau DJJ. |
Ketuban pecah (lebih
dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu) |
1.
Segera rujuk ibu ke RS (PONEK). 2.
Damping ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat. |
Tanda-tanda
atau gejala-gejala infeksi : 1. Temperatur. 2. Menggigil. 3. Nyeri abdomen. 4. Cairan ketuban
berbau. |
1.
Baringkan ibu miring ke kiri. 2.
Pasang infus RL, tetesan 125 cc/jam. 3.
Segera rujuk ibu ke RS (PONEK). 4.
Dampingi ibu ke tempat rujukan. |
Tekanan
darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (pre-eklampsia
berat). |
1.
Baringkan ibu miring ke kiri. 2.
Pasang infus RL/garam fisiologis (N5). 3.
Berikan dosis awal 4 gr M9SO4 20%
IV selama 20 menit. 4.
Suntikan 10 gr M9SO4 50% (5 gr IM
pada bokong kiri dan kanan). 5.
Segera rujuk ibu ke RS (PONEK). 6.
Dampingi ibu ke tempat rujukan. |
Tinggi
fundus 40 cm/lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda). |
1.
Segera rujuk ibu ke RS (PONEK) 2.
Damping ibu ke tempat rujukan. Alasan : 1. Jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah dengan janinnya. 2.
Makrosomia dapat terjadi
distosia bahu dan resiko perdarahan post partum. |
DJJ
< 100 atau > 180 x/mnt dengan 2 x penilaian jarak 5 menit (gawat janin). |
1.
Baringkan ibu ke kiri dan anjurkan bernafas secara
teratur. 2.
Pasang infus RL dengan tetesan 125cc/ jam. 3.
Segera rujuk ibu ke RS (PONEK). 4.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Primipara
dalam fase aktif kala I persalinan
dengan penurunan kepala janin 5/5 |
1.
Baringkan ibu ke kiri. 2.
Segera rujuk RS (PONEK). 3.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Presentasi
sungsang, letak lintang dan lain-lain. |
1.
Baringkan ibu ke kiri. 2.
Segera rujuk ke RS (PONEK). 3.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Presentasi
ganda (majemuk) (adanya bagian-bagian lain dari janin misalnya: lengan,
tangan dengan presentasi kepala). |
1.
Baringkan ibu ke kiri. 2.
Segera rujuk ke RS (PONEK). 3.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Tali
pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut). |
1.
Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di
vagina dan jatuhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar tali pusat tidak terjepit. 2.
Segera rujuk ke RS (PONEK). 3.
Dampingi ibu dan berikan dukungan atau ibu dengan
posisi bersujud. |
Tanda
dan gejala syock : 1. Nadi
cepat, lemah (> 110/mnt). 2. Tekanan
darah menurun (sistolik <
90 mmHg). 3. Pucat.
4. Berkeringat
atau kulit lembab dingin. 5. Nafas
cepat (> 30 x/mnt) 6. Cemas,
bingung/tidak sadar. 7. Produksi
urin sedikit (< 30 m/mnt). |
1.
Baringkan ibu ke kiri. 2.
Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
aliran darah ke jantung. 3.
Pasang infus RL 1 lt 15-20 mnt, dilanjutkan 2 lt dalam
1 jam pertama kemudian turunan tetesan menjadi 125 ml/jam. 4.
Rujuk ke RS (PONEK). 5.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Tanda
dan gejala Fase
laten berkepanjangan 1.
Pembukaan serviks < 40 cm setelah 8 jam. 2.
Kontraksi teratur >2 x dalam 10 menit. |
1.
Segera rujuk ke RS (PONEK). 2.
Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Tanda
dan gejala partus lama : 1. Pembukaan serviks melewat ke sebelah kanan
garis waspada pada partograf. 2. Pembukaan
serviks < 1 cm/jam. 3. Frekuensi kontraksi < 2x
dalam 10 menit lamanya < 40 detik. |
1. Segera rujuk ke
RS (PONEK). 2. Dampingi ibu dan berikan dukungan. |
Selain indikasi-indikasi untuk melakukan
tindakan atau rujukan segera selama kala I persalinan yang sudah diterangkan di
atas, sebagai bidan harus mengetahui rencana persalinan pada kehamilan
berdasarkan skor POEDJI ROCHJATI.
Keadaan
Ibu Hamil
No |
Keadaan Ibu hamil |
Skor |
|
Skor Awal Ibu hamil |
2 |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 |
Hamil pertama
terlalu muda/tua (< 16 tahun atau > 35 tahun). Hamil pertama
terlalu lambat (> 4 tahun). Anak terkecil 10
tahun atau lebih. Anak terkecil <
2 tahun. Punya anak 4 atau
lebih Hamil pada umur >
35 tahun Tinggi badan <
145 cm Pernah gagal hamil.
Pernah melahirkan
dengan tindakan Pernah operasi
sesar. Penyakit pada
ibu a.
Kurang darah. b.
Payah jantung. c.
Tuberkulosa paru. d.
Kencing manis. e.
Malaria. f.
Penyakit kronis lain. Bengkak pada muka /
tungkai. Kelainan letak
janin. Hamil kembar 2 atau
lebih. Hamil kembar air. Bayi mati dalam
kandungan. Kehamilan lebih
bulan. Perdarahan waktu
hamil. Kejang-kejang pada
hamil > 7 bulan. |
4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 4 4 4 4 4 4 4 8 4 4 4 4 8 8 |
Catatan
:
§ Skor
awal ibu hamil 2.
§ Ibu
hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan.
§ Bila
skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / DSOG.
2.1.2 Pada
Kala II
1. Distosia
karena kelainan His (power)
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya
persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal,
baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Ciri-ciri his normal antara lain :
-
Tonus otot rahim di luar his tidak seberapa
tinggi, lalu meningkat pada waktu his.
-
Kontraksi rahim dimulai pada salah satu
tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu menjelas ke seluruh otot rahim.
-
Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal
dominant) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak
lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri. Bagian
bawah dan serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
-
Sifat-sifat his :
lamanya, kuatnya, teraturnya seringnya dan relaksasinya
serta sakitnya.
Etiologi
:
-
Kelainan his sering terjadi pada primigravida
tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti.
-
Faktor heredites, emosi, dan ketakutan.
-
Salah pimpinan persalinan dan pemberian
obat-obatan.
-
Kelainan letak dan CPD.
-
Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis
unikolis.
-
Kehamilan postmatur (serotinus).
Penanganan :
-
Bila dijumpai pada permulaan persalinan,
lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya.
-
Rujuk ke RS (PONEK).
a. Inersia
uteri
Adalah
his yang sifatnya lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dari his yang normal.
Inersia
uteri ada 2 (dua) :
-
Inersia uteri primer
Kelemahan
his timbul sejak dan permulaan persalinan.
-
Inersia uteri sekunder
Kelemahan
his yang timbul setelah adanya his yang teratur dalam waktu yang lama.
Penanganan
:
-
Segera rujuk ke RS (PONEK).
b. Tetania
uteri
Adalah
his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim.
Hal
ini dapat menyebabkan partus presipitalis.
Penanganan
:
-
Segera rujuk ke RS (PONEK).
2. Distosia
karena kelainan jalan lahir (passage)
a. Bentuk
dan kelainan panggul
Dalam
hal ini bukan wewenang bidan, untuk menentukan diagnosa dapat dilakukan foto
rontgen.
b. CPD
(Cefalo pelvic disproporsi)
Adalah
tidak ada penyesuaian antara panggul dan hal ini bisa diketahui dengan cara :
-
Pemeriksaan panggul
Terdiri
dari :
·
Panggul luar.
·
Panggul dalam (VT) yang dievaluasi antara
lain, promontorium, linea innominata, spina ischiadika, ujung saktrum dan arkus
pubis.
-
Pemeriksaan janin
·
Umur kehamilan dan taksiran pesalinan.
·
BB di taksir melalui palpasi kepala pada
abdomen.
·
Rumus Johnson-toshack.
Berdasarkan
ukuran Mac. Donald, yaitu jarak antara symphisis pubis dan batas fundus uteri,
dengan rumus :
BBJ
= (TFU – 12) x 155 gr.
·
Dikurangi 11 jika kepala sudah masuk panggul.
Dikurangi
12 jika kepala belum masuk panggul.
c. Panggul
sempit
-
Diagnosis
Kita
selalu memikirkan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada akhir
kehamilan kepala anak belum masuk PAP dan ada kesalahan.
-
Palpasi
Kepala
tidak masuk PAP atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN, yaitu kepala
didorong ke arah PAP dengan satu tangan di atas symphisis pubis sedang tangan
lain mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) : 3 jari
(-) : Masuk PAP
(+) : Antara kesalahan : letak
-
Penanganan
Segera
rujuk ke RS (PONEK).
d. Kelainan
jalan lahir lunak
Distosia
serviks
Adalah
terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri, walaupun
his hormonal dan baik, pembukaan serviks macet karena ada 4 jenis kelainan
serviks diantaranya :
-
Serviks kaku (rigid cervix)
Adalah
suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku, yang sering dijumpai pada primitua,
adanya parut bekas luka/bekas infeksi.
-
Edema serviks
Bila
dijumpai edema yang hebat yang serviks dan disertai hematoma serta necrosis,
maka ini merupakan tanda adanya obstruksi.
Penanganan
-
Segera rujuk ke RS.
3. Distosia
karena kelainan janin (passenger)
a. Kelainan
pada letak kepala.
-
Presentasi puncak kepala.
-
Presentasi muka.
-
Presentasi dahi.
b. Kelainan
pada letak kepala.
c. Letak
sungsang.
d. Letak
lintang.
e. Presentasi
rangkap / ganda.
f. Kelainan
bentuk dan besar janin.
g. Tali
pusat menumbung.
Penanganan
:
-
Segera rujuk ke RS (PONEK).
4. Distosia
tumor dan kelainan lain jalan lahir
Bila
ditemukan tumor dan kelainan jalan lahir segera di rujuk ke RS PONEK.
5. Partus
lama dari partus terlantar
a. Partus
lama
Adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam
pada multi.
b. Partus
kasep
Adalah
merupakan fase terakhir dari suatu partus macet dan berlangsung lama, disertai
komplikasi seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan.
Etiologi :
Sebab-sebab
terjadinya partus kasep adalah multikomplek, terutama pada pengawasan saat
hamil, pertolongan persalinan dan penatalaksanaan yang baik.
Faktor-faktor
partus lama :
-
Kelainan letak janin.
-
Kelainan-kelainan panggul.
-
Kelainan his.
-
Pimpinan partus yang salah.
-
Janin besar atau ada kelainan kongenital.
-
Primi tua.
-
Perut gantung, grandemulti.
-
Ketuban pecah dini.
Penanganan
:
-
Segera rujuk ke RS (PONEK).
Catatan
:
Pada
kala I bisa juga terjadi perdarahan, karena :
§ Solusio
placenta
Adalah
pelepasan sebagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara
minggu ke-22 dan lahirnya anak.
o
Etiologi solusio placenta
-
Hypertensi essensialis atau preeklamsi.
-
Tali pusat yang pendek.
-
Trauma.
-
Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena
cava inferior.
-
Uterus yang sangat mengeril (hidramnion,
gamelli).
Di
samping itu ada pengaruh :
-
Umur lanjut.
-
Multiparitas.
-
Defisiensi ac. Policum.
o
Gejala-gejalanya :
-
Perdarahan yang disertai nyeri, juga di luar
his.
-
Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock
sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
-
Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang
karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang placenta
hingga rahim teregang (uterus en bois).
-
Palpasi suka karena rahim keras.
-
Fundus uteri makin lama makin naik.
-
Bunyi jantung biasanya tidak ada.
-
Pada taucher teraba ketuban yang tegang terus
menerus (karena ini rahim bertambah).
-
Sering ada proteinuria karena disertai
toxaemia.
o
Penyulit solusio placenta :
a. Timbul
dengan segera :
-
Perdarahan.
-
Shock.
b. Timbul
agak lambat :
-
Kelainan pembekuan darah
karena hipofibrinogenemia.
-
Gangguan faal ginjal.
o
Penanganan
Rujuk
RS
§ Placenta
previa
Adalah
placenta yang implentasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum.
Placenta
previa dibagi dalam 3 tingkat :
-
Placenta previa totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh placenta.
-
Placenta previa lateralis : Hanya sebagian dari ostium tertutup oleh
placenta.
-
Placenta previa marginalis : Hanya
pada pinggir ostium terdapat jaringan placenta.
Sebab-sebabnya :
-
Multipara, terutama kalau jarak antara
kehamilan-kehamilan pendek.
-
Pada mioma uteri.
-
Curettage yang berulang-ulang.
Gejalanya :
-
Perdarahan tanpa nyeri.
-
Kepala anak sangat tinggi.
-
Kelainan letak placenta.
Bahaya untuk ibu :
-
Perdarahan yang hebat.
-
Infeksi-sepsis.
-
Emboli udara (jarang).
Bahaya untuk anak :
-
Hypoxia.
-
Perdarahan dan shock.
Penanganan :
-
Rujuk ke RS (PENOK).
2.1.3 Pada
Kala III dan Kala IV Persalinan
Kala III persalinan disebut juga sebagai kala
uri dan kala pengeluaran placenta. Kala III dan IV persalinan merupakan
kelanjutan dan kala I dan II persalinan. Batasan kala III dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya placenta dan selaput ketuban
sedangkan batasan kala IV dimulai setelah lahirnya placenta dan berakhir 2 jam
post partum.
Berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala
III dan IV sangat berkaitan dengan apa
yang tidak dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya (kala I dan II).
Pada kala III
:
-
Apabila placenta tidak lahir setelah 30
menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan rujukan.
-
Jika sebelum placenta
lahir mendadak terjadi perdarahan segera lakukan tindakan placenta manual untuk
mengosongkan kavum uteri.
-
Jika setelah manual masih terjadi perdarahan,
maka lakukan kompresi bimanual internal atau eksternal.
1. Placenta
manual
Adalah
tindakan melepas placenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implentasinya, kemudian mengeluarkan dari kavum uteri.
Dengan
penatalaksanaan sebagai berikut :
a. Pastikan
kandung kemih kosong.
b. Jepit
tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 dan dari vulva.
c. Secara
obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
d. Setelah
mencapai bukan serviks.
e. Sambil
menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi placenta.
f. Bentangkan
tangan obstetri menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari
telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
g. Tentukan
implantasi placenta, temukan tepi placenta paling bawah :
§ Bila
placenta berimplentasi di corpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan
sisipkan ujung jari tangan di antara placenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadapi ke bawah (posterior ibu).
§ Bila
di corpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari-jari tangan di antara placenta dan dinding uterus dimana punggung
tangan menghadap ke atas (anterior ibu).
h. Setelah
ujung-ujung jari masuk diantara placenta dan dinding uterus maka perluas
pelepasan placenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
digeserkan ke atas hingga semua perlekatan placenta terlepas dari dinding
uterus.
i. Sementara
satu tangan masuk ke dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
sisa placenta yang tertinggal.
j. Pindahkan
tangan luas dari fundus ke supra symphisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian
instruksikan asisten/penolong untuk menaik tali pusat sambil tangan dalam
membawa placenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
k. Lakukan
penekanan (dengan tangan yang menahan supra symphisis) uterus ke arah
dotsokranial setelah placenta dilahirkan dan tempatkan placenta dilahirkan dan
tempatkan placenta di dalam wadah yang telah disediakan.
l. Dekontaminasi
sarung tangan.
m. Lepaskan
dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya dalam klorin 0,5%.
n. Cuci
tangan.
o. Periksa
kembali tanda vital ibu.
p. Dokumentasi.
2. Atonia
uteri
Adalah
suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi
maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya placenta menjadi tidak
terkendali.
Seorang
ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari
1 jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari
90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi (Ripley, 1999). Sebagian besar kematian akibat perdarahan pasca
persalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et at,
1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan persalinan kala III sesuai standart
dan penerapan manajemen aktif kala III
merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu.
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri
adalah :
a. Umur
: umur yang terlalu muda atau tua.
b. Paritas
: sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara.
c. Partus
lama dan partus terlantar.
d. Uterus
terlalu regang dan besar, misalnya pada gemelli, hidramion atau janin beasr.
e. Infeksi
intrapartum.
f. Persalinan
yang diinduksiu atau dipercepat dengan oksitosin.
Meskipun
beberapa faktor-faktor telah diketahui dapat meningkatkan resiko perdarahan
pasca perdarahan, 2/3 dari semua kasus perdarahan pasca persalinan terjadi pada
ibu tanpa faktor resiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin
memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan pasca
persalinan. karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala III merupakan hal
yang sangat penting dalam upaya menurunkan upaya menurunkan kesakitan dan AKI
akibat perdarahan pasca persalinan.
§ Penatalaksanaan
Atonia Uteri
Atonia
uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (masses) fundus uteri :
a. Segera
lakukan kompresi bimanual internal (KBI).
-
Pakai sarung tangan steril, kemudian masukkan
tangan secara obstetrik (menyatakan kelima ujung jari) melalui introitus ke
dalam vagina ibu.
-
Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput
ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus
tidak dapat berkontraksi secara penuh.
-
Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada
forniks anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
-
Tekan kuat uterus diantara kedua tangan.
-
Lakukan kompresi
bimanual internal (KBI) selama 15 menit.
-
Jika uterus tidak berkontraksi dalam 1-2
menit. Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual eksternal.
b. Kompresi
bimanual eksternal
-
Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan
dinding depan corpus uteri dan di atas symphisis pubis.
-
Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan
dinding belakang corpus uteri, sejajar dengan dinding depan corpus uteri
usahakan untuk mencakup atau memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
-
Lakukan kompresi uterus dengan cara saling
mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah dapat dijepit secara
manual cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk
berkontraksi.
-
Keluarkan tangan perlahan-lahan.
-
Berikan ergometrin 0,2 mg IM.
-
Pasang infus RL dengan jarum ukuran 16/18 +
20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin hingga tiba ditempat
rujukan.
Langkah-langkah
penatalaksanaan atonia uteri
No |
Langkah |
Alasan |
1 |
Massase fundus uteri segera setelah
lahirnya placenta (maksimal 15 detik). |
Massase merangsang kontraksi uterus, sambil
melakukan massase sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus. |
2 |
Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput
ketuban dan vagina dan lubang serviks. |
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
vagina dan saluran serviks akan dapat menghalangi kontraksi uterus secara
baik. |
3 |
Pastikan bahwa kandung kemih kosong jika
penuh dan dapat di palpasi, lakukan keteterisasi menggunakan keknik aseptip. |
Kandung kemih yang penuh akan menghalangi
uterus berkontraksi secara baik. |
4 |
Lakukan kompresi bimanual internal
selama 5 menit |
Kompresi ini memberikan tekanan langsung
pada pembuluh darah uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi,
jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5 menit, diperlukan tindakan
lain. |
5 |
Anjurkan keluarga untuk mulai membantu
kompresi bimanual eksternal. |
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi
bimanual secara eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah
selanjutnya. |
6 |
Keluarkan tangan perlahan-lahan. |
|
7 |
Berikan ergometrium 0,2 mg (kontraindikasi
hipertensi). |
Ergometrin dan misoprostol akan bekerja
dalam waktu 5 menit dan menyebabkan uterus berkontraksi. |
8 |
Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 1 dan berikan 500 cc RL + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin. |
Jarum besar memungkinkan pemberian larutan
IV secara cepat atau untuk tranfusi darah RL akan membantu memulihkan volume
cairan yang hilang selama perdarahan oksitosin IV dengan cepat merangsang
kontraksi uterus. |
9 |
Ulangi kompresi bimanual internal. |
KBI yang digunakan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin /misoprostol akan membuat uterus berkontraksi. |
10 |
Rujuk segera |
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu
1-2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat
daruratan di fasilitas yang mampu melaksanakan tindakan bedah dan tranfusi
darah. |
11 |
Dampingi ibu ke tempat rujukan teruskan
melakukan KBI |
Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang myometrium untuk
berkontraksi. |
12 |
Lanjutkan RL + 20 unit oksitosin larutan
dengan laju 500/jam hingga tiba ditempat rujukan. |
RL akan membantu memulihkan volume cairan
yang hilang selama perdarahan oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi
uterus. |
Sebagai tenaga kesehatan, khususnya bidan
diharuskan bisa mendeteksi sendiri mungkin penyulit-penyulit pada persalinan
dan bisa mengambil keputusan serta tindakan yang tepat sehingga bisa mengurangi
AKI dan AKB.
0 Comments