Definisi dan Klasifikasi Remaja
- Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah jika anak berusia 12 sampai 24 tahun.
- Usia remaja menurut UU perlindungan anak no. 23 tahun 2002 adalah 10–18 tahun.
- Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk anak perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak laki-laki).
- Menurut UU no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
- Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16–18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
- Menurut UU Perkawinan no. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun (untuk anak perempuan) dan 19 tahun (untuk anak laki-laki).
- Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
Masa remaja awal/dini (early adolescence)
- umur 10–13 tahun
- Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya,
- Tampak dan merasa ingin bebas,
- Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak).
Masa remaja pertengahan (middle adolescence):
- umur 14–16 tahun
- Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri,
- Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis,
- Timbul perasaan cinta yang mendalam,
- Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,
- Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual.
Masa remaja lanjut (late adolescence):
- umur 17–19 tahun
- Menampakkan pengungkapan kebebasan diri,
- Dalam mencari teman sebaya lebih selektif,
- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,
- Dapat mewujudkan perasaan cinta, 5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.
Perkembangan Remaja
Perkembangan fisik
Perkembangan kognitif
Perkembangan emosi
Perkembangan Psikososial
Identitas Kelompok
Identitas Individual
Identitas Peran
Perkembangan moral
Perkembangan kepribadian
Perkembangan kesadaran beragama
Perkembangan Sosial
Tumbuh Kembang Remaja
Struktur Anatomi Dan Fisiologi Organ Genitalia Laki-Laki
- Penis, untuk meletakkan sperma ke dalam organ genitalia wanita dan untuk mengeluarkan urin.
- Skrotum, pembungkus buah zakar, berfungsi untuk thermoregulator.
Organ genitalia laki-laki bagian dalam adalah testis yang jumlahnya sepasang, terletak di dalam skrotum. Fungsinya untuk menghasilkan hormon testosterone dan memproduksi sperma. Sedangkan kelenjar asesorius lakilaki adalah (Sumiaty, 2011):
- Epididimis. Fungsinya sebagai tempat pematangan sperma, bagian ekornya untuk menyimpan sperma, mengeluarkan zat yang membuat suspensi cairan sperma menjadi lebih encer dan sebagai transportasi sperma.
- Vesikula seminalis. Produksi zat kimia untuk suspensi cairan sperma.
- Prostat. Mengandung zat untuk memelihara spermatozoa di luar tubuh.
- Kelenjar cowper. Berfungsi untuk melicinkan uretra dan vagina saat koitus.
- Kelenjar littre. Berfungsi untuk melicinkan uretra dan vagina saat koitus.
Struktur Anatomi Dan Fisiologi Organ Genitalia Wanita
- Mons veneris: daerah yang menggunung di atas tulang kemaluan dan akan ditumbuhi rambut kemaluan.
- Bibir besar kemaluan: terdapat di kanan dan kiri, berbentuk lonjong, lanjutan mons veneris.
- Bibir kecil kemaluan: bagian dalam dari bibir besar.
- Klitoris: identik dengan penis pada pria, sangat sensitif karena banyak mengandung jaringan saraf.
- Vulva: daerah yang dibatasi klitoris, bibir kecil kemaluan, dan perineum.
- Introitus vagina: pintu masuk ke dalam vagina.
- Selaput dara: selaput yang menutupi introitus vagina, dapat berbentuk semilunar, tapisan atau fimbria.
- Lubah kemih: tempat keluarnya air kemih, terletak di bawah klitoris.
- Perineum: terletak di antara vulva dan anus.
- Vagina. Saluran yang menghubungkan antara vulva dan rahim. Bentuk dinding berlipat-lipat (rugae), panjangnya 8-10 cm. Fungsinya untuk mengalirkan darah haid dan secret dari rahim, alat bersenggama, dan jalan lahir.
- Rahim. Terletak antara kandung kemih dan dubur. Bagian rahim terdiri dari fundus (bagian atas), korpus atau badan rahim dan leher rahim. Letak rahim dalam posisi normal adalah menghadap depan (anterofleksi).
- Saluran telur. Terdiri dari pars intersisialis yang menempel ke rahim, pars ismika (bagian yang sempit), pars ampularis (bagian yang lebar, tempat terjadi pembuahan), dan infundibulum atau fimbrae untuk menangkap sel telur. Fungsi saluran telur adalah untuk menangkap dan membawa telur yang dilepaskan indung telur, dan tempat terjadi pembuahan.
- Indung telur. Terdiri dari kiri dan kanan. Bagian-bagian indung telur adalah bagian kulit sebagai tempat folikel dan bagian inti sebagai tempat pembuluh darah dan serabut saraf.
Mekanisme Menstruasi
- FSH (follicle stimulating hormone), dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi untuk perkembangan folikel.
- LH (luteinizing hormone), dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi untuk pematangan sel telur hingga ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
- Estrogen, dihasilkan ovarium, berfungsi untuk menebalkan dinding Rahim.
- Progesteron, adalah hormon yang dihasilkan ovarium. Proses menstruasi terkait dengan perkembangan folikel dan keseimbangan hormon. Perkembangan folikel berawal dari folikel primer, dengan pengaruh FSH akan menjadi folikel sekunder dan tersier. Jika sudah memiliki ruangan di dalam folikel, disebut folikel de Graaf yang sudah matang. Ruangan tersebut berisi hormon estrogen. Jika folikel de graaf sudah matang, telur yang ada di dalamnya akan keluar. Sisa folikel akan menjadi korpus luteum yang akan memproduksi progesterone (Mochtar, 1998).
Hormon yang Berperan pada Tumbuh Kembang Remaja
- Growth hormone (GH) atau somatotropin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ. Hormon ini memberikan stimulasi lebih lanjut terhadap sel untuk berkembang biak.
- Tiroksin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan mengontrol metabolisme dalam tubuh.
- Insulin, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dengan menyebabkan sel otot dan adiposit menyerap glukosa dari sirkulasi darah melalui transporter glukosa.
- Kortikosteroid, mempengaruhi kecepatan pertumbuhan melalui perubahan lintasan metabolisme karbohidrat, protein dan lipid, serta modulasi keseimbangan antara air dan cairan elektrolit tubuh; serta berdampak pada seluruh sistem tubuh seperti sistem kardiovaskular, muskuloskeletal, saraf, kekebalan, dan fetal termasuk mempengaruhi perkembangan dan kematangan paru pada masa janin.
- Leptin, mempengaruhi komposisi tubuh dengan mengatur berat tubuh, fungsi metabolisme dan reproduksi.
- Paratiroid, mempengaruhi mineralisasi tulang melalui peningkatan resorpsi kalsium dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di saluran cerna oleh vitamin D.
- 1,25-dihydroxy-vitamin D, mempengaruhi mineralisasi tulang, prodiferensiasi terhadap berbagai jenis sel tubuh.
- Kalsitonin, mempengaruhi mineralisasi tulang dengan menghambat resorpsi tulang. Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada pacu tumbuh pubertas. Pada akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifisis. Sedangkan tingkat kematangan seksual (TKS) hormon seks steroid. Semua regulasi hormon tersebut dipengaruhi oleh hipotalamus (Soetjiningsih, 2010).
Pertumbuhan Somatik Pada Remaja
- Pediatric. Bila seorang anak sudah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
- UU no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Bila belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
- UU perburuhan. Jika telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
- UU perkawinan No. 1 tahun 1974. Bila telah matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki.
- Pendidikan Nasional. Bila berusia 18 tahun ssuai saat lulus sekolah menengah.
- World Health Organization (WHO). Telah mencapai 16-18 tahun.
- Remaja awal/dini (early adolescence): 11-13 tahun
- Remaja pertengahan (middle adolescence): 14-16 tahun
- Remaja lanjut (late adolescence): 17-20 tahun
- Proses biologis pubertas dimana sistem hormon di hipotalamus, pituitary, gonad dan adrenal akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas, yang mengakibatkan pertumbuhan tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh dan jaringan, tanda seks primer dan sekunder.
- Perubahan somatik remaja sangat bervariasi saat mulai, berakhir, kecepatan dan sifatnya.
- Setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam pertumbuhannya.
- Munculnya ciri-ciri seks sekunder sebagai manifestasi aktivitas gonad yang terlihat melalui tingkat kematangan seksual (TKS) berdasarkan tanner.
- Usia mulai menginjak remaja dipengaruhi oleh status gizi dan lingkungan.
- Pada remaja perempuan, berat tanpa lemak menurun dari 80% menjadi 75%. Sedangkan pada laki-laki meningkat dari 80% menjadi 85-90%.
- Jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-laki.
- Terjadi peningkatan lebar pelvis pada perempuan.
- Otot skeletal berperan membentuk penampilan fisik luar terutama pada laki-laki karena hormon androgen berperan sebagai stimulator hipertrofi otot skelet.
- Pada organ dalam, percepatan pertumbuhan jantung dan paru laki-laki dan perempuan sama. Jantung dan paru menjadi besar secara absolute dan terkait ukuran tubuh. Pertumbuhan laring dipengaruhi hormon androgen. Laring remaja laki-laki membentuk sudut 90∘ dalam bagian anterior kartilago tiroid (Adam’s apple), sedangkan pada perempuan 120∘. Pita suara perempuan 3 kali lebih panjang daripada laki-laki. Pertumbuhan organ dalam sesuai bentuk tubuh seseorang. Orang yang pendek akan mempunyai organ yang pendek. Pertumbuhan organ akan berhenti jika sudah sesuai dengan tubuh yang dilayani.
- Jumlah sel darah merah laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
- Terjadi perubahan biokimia selama masa pubertas yang mencerminkan pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan Organ Reproduksi
Stadium TKS |
Rambut Pubis |
Payudara |
1 |
pra pubertas |
pra pubertas |
2 |
jarang, pigmen sedikit, lurus, sekitar labia |
payudara dan papilla menonjol. Diameter areola bertambah |
3 |
lebih hitam, mulai ikal, jumlah, bertambah keriting, kasar, lebat |
payudara dan areola membesar, batas tidak jelas |
4 |
lebih sedikit dari dewasa | areola dan papilla membentuk bukit kedua |
5 |
bentuk segitiga, menyebar ke bagian medial paha |
bentuk dewasa, papilla menonjol, areola merupakan bagian dari bentuk payudara |
Stadium TKS |
Rambut Pubis |
Penis |
Testis |
1 |
belum ada |
pra pubertas |
pra pubertas skrotum |
2 |
jarang, panjang, sedikit berpigmen |
Membesar sedikit |
Membesar berwarna
merah muda |
3 |
lebih gelap, mulai keriting, jumlah sedikit menyebar ke mons pubis |
lebih panjang |
lebih besar |
4 |
tipe dan distribusi seperti
dewasa, kasar keriting, jumlah lebih sedikit |
lebih besar, gland
penis membesar |
lebih besar, skrotum hitam |
5 |
tipe dewasa, menyebar ke bagian medial paha |
Bentuk dewasa |
bentuk dewasa |
Stadium TKS |
Payudara |
Rambut Pubis |
Kecepatan Tumbuh |
Umur Tulang (Tahun) |
1 |
Pubertas |
Pra-pubertas |
Pra-pubertas(5
cm/tahun) |
< 11 |
2 |
Teraba penonjolan,areola
melebar |
jarang,pigmen sedikit,
lurus sekitar labia |
awal pacu pertumbuhan |
11-11,5 |
3 |
Payudara dan
areola membesar, batas tidak jelas |
Lebih hitam, mulai
ikal, pacu tumbuh jumlah bertambah |
Pacu tumbuh |
12 |
4 |
areola dan papilla
membentuk bukit kedua |
keriting, kasar,
seperti dewasa, belum ke paha atas |
Pertumbuhan melambat |
13 |
5 |
Bentuk dewasa,
areola tidak menonjol |
Bentuk seperti
dewasa, ke paha atas |
Pertumbuhan minimal |
14-15 |
Permasalahan Remaja
Kehamilan Tidak Diinginkan dan Aborsi
Batasan Kehamilan Tidak Diinginkan
Frekuensi Dan Distribusi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tidak Diinginkan
- tindakan perkosaan ataupun kekerasan seksual,
- kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi,
- bayi yang dikandung ternyata menderita cacat majemuk yang berat,
- kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan untuk menjalani kehamilan, tuntutan karir yang tidak mengijinkan wanita tersebut hamil,
- incest (akibat hubungan antar keluarga),
- hubungan seksual pra nikah, sehingga dirasa masih belum saatnya untuk terjadi, yang didukung pula oleh karena rendahnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi dan seksual,
- jika hamil di usia remaja, remaja belum memiliki kesiapan untuk menjalani kehamilan, baik secara psikis, sosial, fisik, ataupun secara ekonomi,
- terkait kehamilan yang memiliki makna yang salah, seperti berhubungan seksual sekali tidak akan menyebabkan kehamilan, minum alkohol dan lompat-lompat pasca berhubungan seksual dapat menyebabkan sperma tumpah kembali sehingga tidak akan menyebabkan kehamilan, dan masih banyak lagi mitos lainnya. Namun sayangnya sampai sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak salah.
Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan
Pencegahan Kejadian dan Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan
- Pemberdayaan remaja perempuan,
- Memperbaiki ketidaksetaraan gender,
- Menghormati hak asasi manusia untuk semua, dan
- Mengurangi kemiskinan.
- intervensi preventif pada remaja usia 10-14 tahun,
- hentikan pernikahan dini dibawah usia 18 tahun,
- pencegahan terhadap kekerasan dan pemaksaan seksual,
- menjaga kesehatan perempuan dalam kondisi sehat optimal,
- melindungi hak atas pendidikan, kesehatan, keamanan dan kebebasan dari kemiskinan,
- mengupayakan pendidikan remaja perempuan, melibatkan pria menjadi bagian dari solusi,
- pendidikan seksual dan akses pelayanan kesehatan yang ramah remaja, serta adanya konselor sebaya bagi remaja yang membutuhkan,
- pembangunan yang merata.
Aborsi
Definisi Aborsi
- Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
- Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu).
- Spontaneous abortion: gugurnya kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.
- Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:
- Therapeutic abortion. Pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu.
- Eugenic abortion. Pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
- Elective abortion. Pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Frekuensi dan Distribusi Abortus
Dampak Abortus
- Perforasi dinding uterus hingga rongga peritoneum atau kandung kencing. Hal ini terjadi jika letak dan ukuran uterus tidak diperiksa terlebih dahulu, atau terdapat tekanan yang berlebihan saat tindakan berlangsung.
- Luka pada serviks uteri, terjadi karena dilatasi uterus dipaksakan hingga timbul sobekan pada servik. Akibat yang mungkin muncul dari komplikasi ini adalah perdarahan atau servik inkompeten di masa yang akan datang.
- Pelekatan pada kavum uteri karena kerokan dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman dan terkerok hingga jaringan otot rahim.
- Perdarahan, terjadi pada tindakan kuretase pada kehamilan yang agak tua atau kehamilan dengan mola hidatidosa.
- Infeksi, terjadi jika tindakan yang dilakukan tidak menggunakan syarat asepsis dan antisepsis. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
- Komplikasi yang dapat timbul pada Janin. Sebagian besar janin akan meninggal terutama pada abortus provokatus kriminalis. Jika janin dapat hidup maka kemungkinan akan mengalami cacat fisik.
- Dampak psikologis atau gangguan emosional: kecewa, mudah menangis, rasa bersalah (Harsanti, 2010).
0 Comments