KEWASPADAAN UMUM
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :
1. PERSIAPAN DIRI
- Cuci tangan dengan sabun kemudian keringkan pada saat sebelum dan sesudah memegang bayi
- Memakai sarung rangan bersih saat menyentuh bayi yang belum dimandikan
2. PERSIAPAN ALAT
- Alat DTT atau steril : klem, gunting, alat resusitasi, benang tali pusat
- Bersih : karet penghisap lendir, timbangan, pita pengukur, stetoskop.
- pastikan pakaian, handuk, selimut dan kain dalam keadaan bersih dan hangat.
3. PERSIAPAN TEMPAT
- Gunakan ruangan yang hangat dan terang
- siapkan tempat resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras misalnya meja/dipan
- Letakkan meja resusitasi dekat pemancar panas, tidak berangin (tutup jendela dan pintu)
- Gunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm bila pemanas tidak tersedia
PENILAIAN AWAL
1. SEBELUM LAHIR
- Apakah bayi aterm/cukup bulan?
- Apakah ketuban jernih? tidak bercampur mekonium?
2. SEGERA SETELAH BAYI LAHIR
- Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
- Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif?
Berikut ini merupakan gambar bagan alur Manajemen Bayi Baru Lahir
Bagan Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
Bagan Manajemen Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
Posisikan kepala bayi seperti gambar berikut
Gambar pemilihan sungkup yang benar
PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)
1. MEKANISME KEHILANGAN PANAS
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
- Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
- Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
- Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
- Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
2. MENCEGAH KEHILANGAN PANAS
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
- Ruang bersalin yang hangat. Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
- Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
- Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
- Inisiasi Menyusu Dini
- Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas. Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
- Rawat Gabung. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
- Resusitasi dalam lingkungan yang hangat.
- Transportasi hangat
- Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
PEMOTONGAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT
1. MEMOTONG DAN MENGIKAT TALI PUSAT
- Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
- Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
- Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
- Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini
2. NASIHAT UNTUK MERAWAT TALI PUSAT
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
- Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan keluarganya.
- Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
- Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.
INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).
Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir:
- Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan
- Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam
- Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
- Pemantauan bayi saat IMD (posisi, warna kulit, pernafasan, suhu tubuh) dalam 15 menit, 30 menit, 90 menit dan 120 menit setelah dilakukan IMD
- Pemantauan pasca IMD, menjaga bayi tetap hangat
Tahapan Perilaku selama IMD
2. Bayi memasuki tahap relaksasi
3. Pada Menit ke-1 s/d 5 bayi mulai bangun
4. menit ke 4-12 bayi mulai bergerak, gerakan awal sedikit, mungkin pada lengan, bahu dan kepala
5. Beberapa kali bayi mungkin ingin beristirahat sebelum memulai gerakan berikutnya
6. Bayi akan mulai bergerak merangkak kearah payudara. saat telah menemukan payudara, bayi cenderung beristirahat sementara waktu. seringkali hal ini dapat keliru sebagai bayi tidak lapar atau ingin menyusu
7. setelah istirahat di menit 29 s.d 62 bayi akan mulai membiasakan diri dengan payudara, mungkin mengendus, mencium dan menjilati sebelum akhirnya menempel untuk menyusu. Proses pembiasaan ini dapat memakan waktu 20 menit atau lebih
8. Sekitar menit ke 49 s.d 90 untuk pertama kali bayi menyusu di payudara selama beberapa waktu
9. Kemudian bayi akan tertidur hingga 1,5 jam s.d 2 jam
PEDOMAN MENYUSUI (WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion and Support, 2005)
|
PENCEGAHAN PERDARAHAN
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.
PENCEGAHAN INFEKSI MATA
- Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
- Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
- Cara pemberian salep mata antibiotik:
- Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
- Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut.
- Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
- Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata.
- Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
- Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
Gambar Salep Mata Antibiotik
PEMBERIAN IMUNISASI
- Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular
- Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
- Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).
- Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis
- Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari karena:
- Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
- Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus.
- Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer
- Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.
PEMBERIAN IDENTITAS
- Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD
- Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran
ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK BBL
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama
1.Waktu Pemeriksaan
- Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
- Pada usia 6-48 jam (Kunjungan Neonatal 1)
- Pada Usia 3-7 hari (Kunjungan Neonatal 2)
- Pada Usia 8-28 hari (Kunjungan Neonatal 3)
2. Persiapan
ALAT :
- Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberi kehangatan
- Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
- Sarung tangan bersih
- Kain bersih
- Stetoskop
- Jam dengan jarum detik
- Termometer
- Timbangan bayi
- Pengukur panjang bayi
- Pengukur lingkar kepala
TEMPAT
- Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang
Persiapan Diri
- Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan kering atau dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih basah dan dingin
- Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke dalam mulut bayi.
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah pemeriksaan kemudian keringkan
- Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan panas.
Persiapan Keluarga
- Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan dan kemudian hasilnya setelah selesai
3. Langkah - Langkah Pemeriksaan
Anamnesis
- Keluhan tentang bayinya
- Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).
- Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis /tidak) dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada.
- Warna air ketuban
- Riwayat bayi buang air kecil dan besar
- Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
Pemeriksaan Fisik
Prinsip:
- Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
- Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada kedalam, denyut jantung serta perut
Pemeriksaan fisis yang dilakukan | Keadaan normal |
Lihat postur, tonus dan aktivitas |
|
Lihat kulit |
|
Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada kedalam ketika bayi sedang tidak menangis |
|
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop didada kiri setinggi apeks |
|
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer |
|
Lihat dan raba bagian kepala |
|
Lihat mata |
|
Lihat bagian dalam mulut
|
|
Lihat dan raba perut Lihat tali pusat |
|
Lihat punggung dan raba tulang belakang |
|
Lihat ekstremitas |
|
Lihat lubang anus
|
|
Lihat dan raba alat kelamin luar.
|
|
Timbang bayi
|
|
Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi |
|
Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya |
|
untuk ceklis/ daftar tilik pemeriksaan neonatus dapat dilihat pada : LINK
0 Comments