Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Prostat
adalah kelenjar bagian dari sistem reproduksi pria yang berukuran sebesar
kacang kenari. Prostat tersusun atas dua bagian membentuk kerucut dan luarnya
dilapisi suatu jaringan. Selain kelenjar, prostat juga tersusun atas jaringan
otot sebanyak 30-50%. Prostat terletak di depan rektum dan tepat di bawah
kandung kemih. Fungsi prostat yang diketahui baru untuk memproduksi cairan
sebagai zat makanan bagi sperma dan mengubah keasaman liang vagina. Cairan ini
baru dikeluarkan saat sperma melewati uretra (saluran kencing), yang berjalan
di bagian tengah prostat, ketika seorang laki-laki berada dalam fase klimaks
seksual.
Apa itu BPH?
BPH
adalah tumor jinak pada prostat akibat sel prostat yang
terus mengalami pertumbuhan. Secara mikroskopik, perubahan prostat bisa
dilihat sejak seseorang berusia 35 tahun. Pada usia 60-69 tahun, pembesaran
prostat mulai menimbulkan keluhan klinis pada 50% pria. Sementara pada usia 80
tahun, BPH terjadi pada hampir 100% pria. Pada tahun 2000, WHO mencatat ada
sekitar 800 juta orang yang mengalami BPH di seluruh dunia.
BPH dapat menyebabkan penyempitan uretra, yang
dapat menyebabkan masalah kencing parah. Meskipun BPH bukanlah penyakit yang
mengancam jiwa, namun secara serius dapat mempengaruhi kualitas hidup
Selama
hidupnya, seorang pria memiliki dua periode pertumbuhan prostat, yakni saat
pubertas dan setelah usia 25 tahun. Saat pubertas, prostat membesar dua kali
lipat ukuran aslinya, sementara di usia 25 prostat tumbuh secara perlahan dan
bisa berlangsung seumur hidup. pembesaran inilah yang kemudian menjadi cikal
BPH.
Ketika
prostat membesar, jaringan yang melapisinya di luar tidak ikut berekspansi, hal
ini menyebabkan uretra terjepit. Dinding kandung kemih pun menebal dan mudah
terangsang, ditandai dengan gampangnya kandung kemih berkontraksi meskipun
hanya berisi sedikit urin. Lama kelamaan kandung kemih akan kehilangan
kemampuannya berkontraksi sehingga tak mampu mengeluarkan urin. Hal-hal inilah
yang menyebabkan keluhan klinis pada pasien dengan pembesaran prostat.
Faktor Resiko
BPH
terutama dihasilkan oleh perubahan hormonal terkait usia dan pertumbuhan
berlebih non-kanker prostat. Infeksi saluran kemih dapat meningkatkan keparahan
gejala BPH. Selain itu, obesitas, stres, depresi, penyalahgunaan alkohol,
merokok, obat-obatan, kebiasaan makan dan kebersihan yang buruk dapat
meningkatkan risiko BPH.
Penyebab BPH
Sejak
dulu diyakini BPH terjadi hanya pada lelaki berusia lanjut dan tak mungkin
terjadi pada lelaki yang testisnya dibuang sebelum pubertas. Melalui penelitian,
BPH dikaitkan dengan perubahan komposisi hormon testosteron dan estrogen di
masa tua:
- Berkurangnya jumlah tesosteron yang aktif
- Peningkatan hormon estrogen memengaruhi pertumbuhan sel kelenjar prostat
- Produksi dihidrotestosteron pada lelaki usia lanjut yang memacu pertumbuhan sel
Gejala
Beberapa
keluhan yang lazim ditemui dalam praktek adalah:
- Aliran kencing yang lemah, terputus, dan terkesan meragukan
- Sensasi urgensi (ingin segera kencing) atau kencing menetes
- Sering kencing terutama malam hari
- Perlu mengejan untuk bisa kencing
Keparahan
keluhan tidak tergantung pada besarnya pembesaran kelenjar. Kadang seorang
tidak merasa adanya hambatan pada saluran kencing, tapi tiba-tiba tidak bisa
kencing sama sekali. Keadaan ini disebut retensi urin akut. Lelaki dengan BPH
harus berhati-hati mengonsumsi obat flu atau alergi yang dijual bebas, karena
mengandung zat dekongestan yang berisiko memicu retensi urin. Retensi urin
dapat mengarah ke permasalahan serius seperti infeksi saluran kencing,
kerusakan kandung kemih atau ginjal, batu ginjal, serta inkontinensia (tidak
mampu mengontrol kencing).
Bagaimana cara memastikan BPH?
Ketika
Anda periksa ke dokter dengan keluhan kencing dan dicurigai BPH, selanjutnya
akan dirujuk ke dokter ahli saluran kencing (urologis). Diperlukan beberapa
pemeriksaan seperti:
- Digital rectal examination. Tes yang pertama kali dikerjakan dengan cara memasukkan jari dokter ke rektum untuk meraba prostat. Dengan ini dokter dapat memperkirakan ukuran dan kondisi prostat.
- Tes Darah-Prostate Specific Antigen. Direkomendasikan untuk pria di atas 50 tahun untuk membedakan dengan kanker prostat.
- USG dan Biopsi Prostat. Prosedur ini dilakukan jika curiga ada kanker prostat.
- Evaluasi Aliran Kencing. Menggunakan sebuah alat untuk mengukur kecepatan aliran kencing, bila berkurang biasanya mengarah ke BPH.
- Sistoskopi. Memasukkan tabung kecil melalui lubang saluran kencing di penis setelah sebelumnya diberi gel untuk mati rasa. Pada tabung ini terdapat lensa dan pencahayaan agar dokter bisa melihat bagian dalam saluran kencing. Dengan begitu, dokter bisa menentukan derajat hambatan di saluran kencing akibat prostat yang membesar.
Bisakah BPH diobati?
Karena
pembesaran prostat adalah proses yang berlangsung terus menerus dan tergantung
hormon, makan tidak ada pengobatan yang benar-benar efektif selain melakukan
tindakan operasi untuk pengangkatan bagian prostat yang membesar. Pilihan
tindakan untuk mengatasi pembesaran prostat adalah:
Watchful Waiting
Untuk
pasien dengan keluhan minimal, biasanya dokter tidak memberikan obat atau
tindakan apapun. Hanya menunggu dan melihat perkembangan BPH. Ketika keluhan
memberat baru dipertimbangkan pengobatan atau tindakan operasi.
Menggunakan Obat
Terdapat
6 obat yang disetujui oleh FDA untuk meringankan gejala akibat BPH, yaitu
finasteride, dutasteride, terazosin, doxazosin, tamsulosin, dan alfuzosin. Ada
yang berguna menghambat DHT dan ada yang merilekskan otot prostat sehingga
mengurangi jepitan pada uretra.
Operasi
- Minimal
Invasive Therapy
Dikembangkan karena tidak semua obat efektif mengatasi BPH. Metodenya beragam, yang pasti menggunakan prinsip pemanasan untuk menghilangkan bagian prostat yang membesar. Ada yang menggunakan gelombang mikro, ablasi transuretra dengan jarum berfrekuensi rendah, termoterapi yang diinduksi air, dan gelombang ultra berfokus intensitas tinggi.
- Operasi Prostat
90%
operasi yang dilakukan menganut model transuretra (TURP). operasi ini
berlangsung sekitar 90 menit. Caranya dengan memasukkan resektoskop sepanjang
12 inci dengan diameter ½ inci melalui penis. Selama prosedur berlangsung,
sedikit demi sedikit jaringan yang mendesak diangkat dan akhirnya diirigasi
dengan cairan.
Meskipun semua laki-laki hampir bisa
dipastikan akan mengalami pembesaran prostat, penyakit ini sifatnya jinak dan
tidak mengancam nyawa. Pembesaran yang terjadi perlahan tapi pasti bisa
dikontrol dengan obat. Mengatasi dengan melakukan operasi juga menjadi jalan
keluar permanen dengan komplikasi yang relatif minimal.
Pencegahan
Risiko demensia meningkat secara signifikan
seiring dengan bertambahnya usia. Masih belum pasti apa yang bisa mencegah
kondisinya. Namun, berikut ini dapat membantu mengurangi risiko pengembangan
BPH:
0 Comments