Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker
payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Faktor Resiko
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden
kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat
keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS,
densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau
menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan
tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding
dada, faktor lingkungan.
Deteksi Dini
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker
payudara . Pencegahan pri mer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor
risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara.
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker
payudara.Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok
orang yang tidak mempunyai keluha
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
- Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
- Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
- Mammografi skrining
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Keluhan Utama
- Benjolan di payudara
- Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
- Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
- Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi,
- Benjolan ketiak dan edema lengan
Keluhan Tambahan
Pemeriksaan Laboratorium
Dianjurkan:
- Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis
- Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up
Mamografi Payudara
Mamografi adalah
pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi. Mamogram
adalah gambar hasil mamografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan
yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat
(kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining
kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam
pengobatan. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka
hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10
dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan
memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil
mamografidigunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
- Densitas yang meninggi pada tumor
- Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
- Gambaran translusen disekitar tumor
- Gambaran stelata.
- Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
- Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
- Retraksi kulit atau penebalan kulit
- Bertambahnya vaskularisasi
- Perubahan posisi putting
- Kelenjar getah bening aksila (+)
- Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
- Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
TATALAKSANA
Terapi pada kanker payudara harus
didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium
). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan dengan
pendekatan humanis dan komprehensif.
Terapi pada kanker payudara
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen
biomolekuler atau biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain
mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai 11 beberapa efek yang tak
diinginkan (adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan
keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik
termasuk end of life isssues.
0 Comments