ASUHAN
KEBIDANAN BBL DAN BALITA BERDASARKAN EVIDENCE BASED
A. BABY
FRIENDLY
Baby friendly
atau dikenal dengan Baby Friendly
Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang
didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan
mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit
dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan
bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital/ Maternity berfokus
pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal
kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong
dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan
akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program,
lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby
friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark,
Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris,
dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi.
Dalam
rangka mencapai program Baby Friendly
Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin harus
berpedoman pada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu
1. Sarana
Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PPASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan
kepada semua petugas.
2. Melakukan
pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3. Menjelaskan
kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui
dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi baru lahir
sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu
ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di
ruang bersalin (inisiasi menyusui). Apabila ibu
yang mendapat operasi Caesar, maka bayi disusui 3 menit setelah ibu sadar.
5. Membantu
ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi karena indikasi medis
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
7. Melaksanakan
rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama
bayi 24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada
bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan
terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah
bersalin atau sarana pelayanan kesehatan
B.
MEMULAI
PEMBERIAN ASI DINI DAN EKSKLUSIF
1.
Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
Protokol evidence based yang baru
telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu
jam pertama menyatakan bahwa :
Bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan, menunda semua produser lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan.
Definisi
Inisiasi
menyusu dini (early
initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
dinamakan the
best crawl atau merangkak mencari payudara. Menurut Ketua
Umum Sentra Laktasi Indonesia, dr.Utami Roesli, Sp.A,MBA,IBCLC., menjelaskan
bahwa pada IMD, bayilah yang diharapkan berusaha untuk menyusu. Pada jam
pertama, bayi berhasil menemukan payudara ibunya. Inilah awal hubungan menyusui
antara bayi dan ibunya, yang akhirnya berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan
bayi.
Tata Laksana IMD
1. Begitu
lahir, bayi diletakkan diatas perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Keringkan
seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya.
3. Tali
pusat dipotong lalu diikat.
4. Vernik
(zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena
zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5. Tanpa
dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak
kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi
diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Sering kita
khawatir bayi kedinginan. Menurut penelitian, jika bayi kedinginan, suhu kulit
ibu otomatis akan naik dua derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu
bersifat termoregulator atau termal sinchrony bagi tubuh bayi.
6. Bayi
dibiarkan mencari putting payudara ibu secara mandiri. Ketika itu, ibu dapat
merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Biasanya, bayi siap minum ASI pada
30-40 menit setelah dilahirkan.
7. Berbeda
dengan bayi yang lahir dalam kondisi normal bisa menyusu kepada ibunya tanpa
dibantu pada waktu sekitar satu jam, bayi yang lahir dengan operasi caesar kemungkinan
keberhasilan IMD hanya sekitar 50% termasuk kelahiran bayi dengan penggunaan
obat kimiawi ataupun medicated labor. Dalam proses IMD dibutuhkan kesiapan
mental ibu. Ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan di atas
tubuhnya. Saat inilah, dukungan dari keluarga, terutama suami, sangat
dibutuhkan oleh ibu yang akan melakukan IMD usai melahirkan. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan perhatian kepada istri,
misalnya mengelus-elus rambut disertai mengungkapkan kalimat yang menenangkan
hati
Keuntungan IMD
1. Bagi
bayi
·
Makanan dengan kualitas dan kuantitas
yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
bayi.
·
Memberikan kesehatan bayi dengan
kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama
bagi bayi.
·
Meningkatkan kecerdasan.
·
Membantu bayi mengkoordinasikan hisap,
telan dan nafas.
·
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dan bayi.
·
Mencegah kehilangan panas.
·
Merangsang kolostrum segera keluar.
2. Bagi
ibu
·
Merangsang produksi oksitosin dan
prolaktin.
·
Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
·
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dan bayi
2.
ASI
Eksklusif
Air
Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi
bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan
kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam
keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF).
Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6
(enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan
pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Kebijakan
Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan
dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air
Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan
makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif
adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pemberian
ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu global.
Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi
tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan
kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang
diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak
diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita
hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll
C.
REGULASI
SUHU BAYI BARU LAHIR DENGAN KONTAK KULIT KE KULIT
Termoregulasi adalah kemampuan bayi
untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan kehilangan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh dalam “kisaran normal” tertentu. Kemampuan ini sangat
terbatas pada bayi baru lahir. Ini disebabkan ketika bayi lahir, belum
matangnya sistem termoregulasi sehingga membuat bayi rentan terhadap perubahan
suhu lingkungan.
1. Fisiologi
respons terhadap stres dingin Fisiologi respon terhadap stres dingin terdiri
dari serangkaian reaksi, yang mencakup :
a. Termogenesis
tanpa menggigil : oksidasi jaringan adiposa coklat yang ditimbun sesudah usia
gestasi 28 minggu dan terutama terdapat di sekitar skapula, ginjal, adrenal,
leher dan aksila;
b. Peningkatan
aktivitas otot volunter;
c. Pelepasan
norepinefrin & tiroksin Vasokostriksi. Akselerasi metabolisme lemak coklat Meningkatnya
kebutuhan oksigen dan, akibatnya, meningkatnya konsumsi glukosa Stress Dingin
Terjadi hipoglikemia. Gangguan terhadap satu elemen termogulasi ini (atau
lebih) akan memunculkan kelainan suhu tubuh. Bayi cukup bulan yang sehat akan
menjaga agar tetap terjadi peningkatan laju metabolik guna menghasilkan panas
selam beberapa menit hingga beberapa jam, bergantung kepada kondisi lingkungan.
Setelah periode ini, sesuai situasinya, cadangan energi bayi akan habis dan
kadar oksigen akan segera berkurang.
2. Gejala
Stres Dingin
Efek
stres dingin menunjukkan adanya hubungan yang erat antara mekanisme metabolik,
kardiopulmonal dan termogulasi. Kondisi yang cendrung membahayakan ini dapat
menimbulkan peningkatan konsumsi oksigen; peningkatan pengurasan energi dan
penurunan cadangan glikogen; timbulnya asidosis akibat vasokontriksi pulmonal.
Tabel
2.1 Gejala stres dingin
Sianosis Sentral
|
Hipoglikemia
|
Depresi SSP
|
Akrosianosis
|
Tubuh Dingin
saat disentuh
|
Bradikardia
|
Sulit Makan
|
Distensi
abdomen
|
Takipnea
|
Pernapasan tak
teratur
|
Peningkatan
residu
|
Gelisah
|
Apnea
|
Penurunan
aktivitas
|
Penurunan
refleks
|
Timbul bercak
di kulit
|
Letargi
|
Hipotonia
|
Isapan yang
lemah
|
Rewel
|
Menangis lemah
|
Semuanya
akhirnya menyebabkan syok termal yang jika tidak ditangani menyebabkan kematian.
3. Langkah-Langkah
Menghindari Hipotermi
Ellis et al (2006)
membuktikan bahwa hipotermia biasanya bersifat iatrogenik dan ada banyak
langkah yang dapat kita ambil untuk menghindarinya.
·
Mekanisme kehilangan panas pada bayi
1) Evaporasi
adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
terjadi penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena stelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan
panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi
adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi
adalah kehilangan cairan tubuh bayi melalui paparan udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang lebih
dingin akan mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4) Radiasi
adalah kehilangan panas bayi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah daripada suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas karena benda-benda yang menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan langsung).
·
Langkah menghindari hipotermi
1) Keringkan
bayi dengan saksama setelah lahir tanpa membersihkan verniks.
2) Singkirkan
handuk basah.
3) Pakaikan
topi ke kepala bayi.
4) Dekatkan
bayi agar terjadi kontak kulit dengan ibu.
5) Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
6) Bila
menimbang, alasi timbangan dengan kain hangat.
7) Hangatkan
tangan dan alat sebelum digunakan.
8) Pastikan
pakaian, handuk dan linen sebelum digunakan dalam keadaan hangat.
9) Jauhkan
tempat tidur bayi dari dinding, jendela dan aliran udara.
10) Sebaiknya,
jangan menimbang atau memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir
4. Cara
Menghangatkan dan Mempertahankan Suhu Tubuh
a. Kontak
kulit dengan kulit (skin to skin contact)
World
Health Organization’s Baby Friendly Initiative (BFI) telah
mengidentifikasi kontak kulit dengan kulit sebagai faktor utama dalam
terciptanya proses menyusui. Cochrane Collaboration Review (Anderson et al,
2006) juga menemukan adanya efek positif kontak kulit dengan kulit dini
terhadap proses menyusui pada masa satu hingga tiga bulan pascakelahiran yang
secara statistik amat bermakna.
Kehangatan tubuh ibu menjamin bayi
untuk tidak perlu menyia-nyiakan energinya yang berharga guna mempertahankan
suhu tubuh. Data terbaru menunjukkan bahwa tampaknya ada semacam “sinkronisasi
suhu” antara ibu dan bayi ketika sedang berlangsung kontak kulit dengan kulit.
Selain itu, sebuah riset dari China (Huang et al 2006) meneliti efek asuhan
kulit ke kulit dan asuhan inkubator konvensional pada satu populasi bayi
menunjukkan gejala hipotermia setelah seksio sesaria. Rerata suhu grup kulit ke
kulit ditemukan sedikit lebih tinggi ketimbang suhu grup control.
Bayi dengan kontak kulit, biasanya
suhu tubuhnya dipertahankan 36,5-37,5°C (suhu aksiler).
1) Lekatkan
kulit bayi pada kulit ibu, usahakan bayi dalam keadaan telanjang menempel kulit
ibu.
2) Beri
kain hangat untuk menutupi bayi dan ibu.
3) Suhu
ruangan minimal 25°C.
4) Ukur
suhu tubuh bayi 2 jam setelah dilakukan kontak kulit.
b. “Kangaroo
Mother Care” (KMC) atau Perawatan Bayi Lekat (PBL)
KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi
secara dini, terus-menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif.
Tujuannya adalah agar bayi tetap hangat. KMC dapat dilakukan di rumah sakit
atau di rumah setelah pulang
Manfaat KMC
a) Ikatan
emosi ibu dan bayi.
b) Mempertahankan
suhu tubuh bayi.
c) Posisi
bayi tegak akan membantu bayi bernafas secara teratur.
d) Menyiapkan
ibu untuk merawat bayi di rumah.
e) Melatih
ibu cara menyusui yang baik dan benar.
f) Melatih
bayi untuk menghisap dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.
Cara KMC yang benar
a) Letakkan
bayi telanjang kecuali popok, topi, dan kaos kaki ke dada ibu di antara ke dua
payudara dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan menhadap ke ibu.
b) Posisi
bayi dalam “frog position” yaitu
fleksi pada siku dan tangkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala agak ekstensi.
c) Tutupi
bayi dengan pakaian ibu atau gendongan ditambah selimut yang hangat.
d) Pastikan
ibu dan bayi nyaman, bila ada dapat menggunakan baju khusus
e) Bila
tidak, ibu dapat menggunakan baju dengan ukuran besar dari badan ibu, dan ibu
dapat memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh.
f) Ibu
dapat melakukan aktifitas sehari-hari sambil menggendong bayinya.
g) Susui
bayi setiap bayi mau
Keuntungan KMC
a) Murah,
aman dan mudah diterapkan
b) Mempertahankan
suhu tubuh bayi (kontak kulit dengan kulit)
c) Proses
latihan dan dukungan untuk ibu dan keluarga. d) Memperpendek perawatan di RS
(bisa pulang lebih awal).
d) Ibu
dapat tetap bebas bergerak untuk aktifitas sehari-hari.
e) Dapat
memantau keadaaan bayi setiap saat.
D.
MEMOTONG
TALI PUSAT
Dalam Asuhan Persalinan Normal
Revisi 2008, memotong tali pusat dilakukan 2 menit setelah bayi lahir. Tali
pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan penjepitan kedua pada jarak 2 cm dari
jepitan pertama. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali
pusat diantara 2 klem dengan menggunakan gunting DTT .
Namun, adapun teori yang tetap membiarkan tali
pusat tetap utuh dan berdenyut serta plasenta tetap dalam keadaan terletak,
darah bayi baru lahir terus beredar, menunjang kesinambungan oksigenasi,
perfusi dan koreksi pH (Mercer & Skovgaard, 2002). Ketika sirkusi tali
pusat dipertahankan, Yao et al (1969) mengidentifikasi adanya peningkatan
volume darah bayi yang bermakna. Ketika bayi dipertahankan dalam 1 menit maka
50% transfusi darah berlangsung dan 100% dalam 3 menit. Dan Haselhort et al
(1930) yang dikutip dalam Peltonen (1981) mencatat bahwa terjadi transfusi
darah hingga 82% dalam 5 menit, dan lajunya menjadi tidak terhitung lagi dalam
10 menit. Tinjauan terhadap bukti-bukti menunjukkan bahwa penundaan penjepitan
tali pusat meningkatkan kadar hematokrit vena (Mercer, 2001). Terjadi
peningkatan drastis angka (hematokrit
vena kurang dari 45%) pada bayi baru lahir yang tali pusatnya dijepit terlalu
cepat. Kadar bilirubin plasma menjadi parameter hasil akhir yang lain, dan
waktu penjepitan tali pusat tidak mempengaruhi angka hiperbilirubinemia (Cernadas
et al, 2006).
Selain itu, ada pasangan yang
memilih melakukan kelahiran lotus, yaitu membiarkan agar tali pusat tidak
dipotong dan dibiarkan mengering dan terpisah secara alami pada umbilikus bayi
(Buckley, 2005)
E.
PERAWATAN
TALI PUSAT
Dalam Asuhan Persalian Normal,
setelah tali pusat dipotong lalu tali pusat diikat dengan pengikat steril (baby
cord clem) atau benang DTT.
Perawatannya dilakukan dengan cara
:
1. Jangan
membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan apapun / bahan lain ke puntung tali
pusat.
2. Mengoleskan
alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan
karena menyebabkan tali pusat basah/lembab
3. Berikan
nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
·
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
·
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan
(hati-hati) dengan air DTT dan sabun segera keringkan secara saksama dengan
menggunakan kain bersih.
·
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa
harus ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah,
bernanah dan/atau berbau
Sedangkan,
perawatan pada kelahiran lotus dilakukan dengan cara : Plasenta dapat diperas,
dikeringkan, diawetkan, dan dibungkus serta diselipkan di samping bayi. Proses
transfusi plasenta pada setiap bayi berbeda-beda. Dan tali pusat akan mengering
menjadi tendon dalam 48 jam, dan selanjutnya pemisahan dari umbilikus terjadi
pada waktu yang bervariasi pada bayi, biasanya antara tiga dan sepuluh hari
(Buckley, 2005)
DAFTAR
PUSTAKA
Davies,
Lorna dan Julie Richard. 2011. “Masa Peralihan Ibu dan Bayi Baru Lahir :
Adaptasi dengan Kehidupan Ekstrauteri”dalam Lorna Davies & Sharon McDonald
(ed.), Pemeriksaan Kesehatan Bayi Pendekatan Multidimensi (Cet. I). Jakarta :
EGC.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
(Cet. I). Jakarta: Dinkes RI.
Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012. Semarang: Dinkes.
Handayani,
Sri dan Setyo Retno Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas (Cet. I).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ningrum,
Ema Wahyu dan Johariyah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir (Cet. I). Jakarta: Trans Info Media.
Prasetyono,
Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan
Kemanfaatan-Kemanfaatannya (Cet. II). Yogyakarta: DIVA Press.
Saifuddin,
Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
(Cet. IV). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. S
udarti
dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan
(Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti
dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita
(Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Yanti.
2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (Cet. I). Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
0 Comments