2.1 Definisi
Ulkus Mole atau chancroid adalah suatu penyakit menulas
seksual (PMS) akut, biasanya pada genetalia atau anus yang disebabkan oleh
infeksi heamophylus ducreyi (H.Ducreyi),
suatu fakultatif anaerobik basil gram-negatif yang memerlukan hemin (faktor x) untuk pertumbuhannya, dengan
gejala klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi
dan sering disertai pembesaran kelejar getah bening regional.
2.1 Etiologi
Ulkus mole
disebabkan oleh H.Ducreyi, basil gram
negatif, fakultatif anerobik yang yang membutuhkan hemin (faktor x) untuk
pertumbuhan , mereduksi nitrat dan mengandung 0,38 mol DNA guanosine plus cytosine. Organisme ini kecil, tidak membentuk
spora, sekali berkelompok, berderet membentuk rantai memperlihatkan rantai
streptobasilaris yang khas pada perwarnaan gram terutama pada kultur.
Basil ini pada
lesi terbuka di desrah genatil sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi
sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang diambil
dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal. Kuman ini sukar dibiakan.
Gambar 2.1
Haemophilus Ducreyi
2.2
Patogenesis dan Patologi
Sangat sedikit yang diketahui tentang
patogenesis infeksi H. Duceryi. Trauma atau luka lecet perlu diperkirakan untuk
penetrasi basil kedalam epidemis dan untuk induksi lesi chancroid percobaan
pada lengan kulit harus diskrafikasi.
H. Duceryi masuk ke dalam kulit memalui
jaringan epithel yang mengalami diskontinuitas atau kerusakan, yang dapat
terjadi akibat hubungan seksual. Saat bakteri sudah mencapai kulit/integumen,
maka akan menyebabkan keratinosit, fibroblas, sel endonel, dan melanosit untuk
mengeluarkan interleukin 6 (IL-6) dan interluekin 8 (IL-8). IL-8 mempengaruhi
sel polimorfonuklir (PMN) dan makrofag untuk membentuk pustul intradermal. IL-6
di sisi lain merangsang T-Cell malalui perantara interleukin-2 pada gilirannya
akan merangsang CD4 dalam daerah itu.
H. Duceryi mengeluarkan suatu toksin yang
bernama cyto-lethal disiending toxin (Hdcdt) yang menyebabkan apoptosis dan
nekrosis sel-sel seperti sel myeloid, sel epital, keratinosit, dan terutama
fibroblas. Toksin ini menghambat proliferasi sel dan menyebabkan kematian sel
dan menyebabkan kematian sel sehingga pada akhirnya memicu terbentuknya borok
(ulkus) yang menjadi karakteristik ulkus mole.
H. Duceryi ternyata mampu menghindari
proses fagositosis sehingga derat penyembuhan ulkus begitu lambat. Karena suatu
alasan yang tidak diketahui, ternyata makrofag didalam ulkus memiliki reseptor
kemokin CCRS dan Cxcr4 yang jauh lebih banyak dibanding sel normal. Padahal
reserptor ini merupakan reseptor virus HIV. Jumlah inokulum untuk menimbulkan
infeksi tidak diketahui. Pada lesi, organisme terdapat dalam makrofag dan
nuetrofil atau bebas berkelompok(mengumpul) dalam interstisial.
2.3 Epidemiologi
Penyakit ini terdapat diseluruh dunia,
terutama di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini sering menjadi penyebab
ulserasi genetalia orang dewasa di Afrika dan beberapa Negara berkembang di dunia. Insidens chancroid di Amerika Serikat
pertahun berkembang anatara tahun 1950-1978, tetapi pada tahun 1985 untuk
pertama kalinya dilaprkan bertambah diatas 2000 kasus sejak tahun 1956 dan
kemudian bertambah menjadi 3418 kasus pada tahun 1986. Sejak tahun 1977 jumlah
kasus chancroid juga dilaporkan bertambah
di Turki, Kanada, dan Republik Federal Jerman.
Penyakit chancroid lebih banyak didiagnosis pada laki-laki dengan rasio
laki-laki : perempuan anatara 3:1 sampai 25:1 atau lebih tinggi. Prevalensi chancroid tinggi pada kelompok sosial
ekonomi rendah, terutama pada pekerja seks. Diantara pekerja seks, prevalensi
ulkus genatil antara 5-35% dan H. Ducreyi
dapat dikultur dari kira-kira 50% dari ulkus tersebut. Baru-baru ini beberapa
penelitian di Afrika dan Thailand memperlihatakan bahwa chancroid
merupakan faktro resiko penting penyebaran HIV pada heteroseksual.
Sampai sekarang epidemiologi chancroid masih
kekurangan data oleh karena kurang yang tertrik, alat dignostik kurang akurat
dan kompleks. Tidak diketahui dengan jelas apakah ada reservior H. Ducreyi asimptomatik dan ada resiko
penyebaran. Tempat infeksi
yang umum pada pria adalah sulkus koronanius,meatus atau glans penis, sedangkan
pada wanita adalah vulva, labia, uretra,paha, vagina atau serviks. Chancroid
merupakan faktor risiko untukpenyebaran heteroseksual dan HIV. Ulkus kelamin
menyebabkan wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV setelah hubungan
heteroseksual dengan pria yang terinfeksi dan sebaliknya adanya ulkus pada
wanita dengan infeksi HIV jauh lebih meningkatkan kemungkinan pasangannya
tertular.
2.4 Tanda Gejala
Pada laki-laki biasanya hanya muncul satu
bintik kecil berwarna kemerahan di area penis. Bitilnya bisa muncul dimana
saja, misalnya di pangkal penis, batang penis, kulit kulup (bagi pria yang
tidak disunat) atau dibuah zakar. Lama-lama, bintil ini akan jadi terbuka yang
mengluarkan cairan atau berdarah. Pada pria bagian ulkus terasa sangat nyeri, terutama bila dipijit.Masa
inkubasi antara 4-7 hari dan mulai muncul sebagai papula dengan eritema yang
dalam waktu 2-4 hari menjadi pustule, tererosi, dan ulserasi. Selain itu juga
gejala lainnya adalah luka lebih dari satu yang sangat nyeri, tanpa radang
jelas. Dan juga terdapat benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan mudah
pecah.. Sedangakan untuk wanita akan terlihat empat bintil atau lebih yang
letaknya bermacam-macam bisa dibibir vagian(labia), anus, bahkan diarea
selakangan dan paha bagian dalm, kalau bitilnya sudah berarti atau terbuka
mungkin merasakan kesakitan ketika buang air kecil, buang air besar, atau
berhubungan seksual.
gejala klinis berupa ulkus pada tempat masuk dan
seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional. Infeksi pada
wanita dimulai dengan lesi papula atau vesikopustuler pada perineum, serviks
atau vagina 3-5 hari setelah terpapar. Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi
ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk piring cawan yang sangat lunak. Beberapa
ulkus dapat berkembang menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau busuk atau infeksius.
Pasien yang mengalami ulkus mole dapat menjelaskan riwayat malaise yang
mendahului selam beberapa hari sebelum timbul ulkus genital. Pasian datang
dengan ulkus genatal yang terasa nyeri dan dikelilingi oleh eritema. Laki-laki
biasanya datang dengan satu atau lebih ulkus
pada prepusium atau frenulum, sedangkan perempuan dapat datang dengan
ulserasi yang mengenai vulva, serviks, atau area perital. Limfadenopi
unilateral yang nyeri merupakan suatu keluhan penyetta yang sering terjadi.
Gambar 2.2
Ulkus pada penis
Gambar 2.3
Ulkus Pada Vagina
2.5 Diagnosis
Diagnosis chancroid harus dipertimbangakan pada
semua pasien dengan ulkus genital yang nyeri yang ditandai dengan batas
granulomatosa yang terbalik dan iregulasr. Pemeriksaan fisik, meskipun bila
dilakaukan oleh klinis yang berpengalaman, merupakan suatu indikator penyakit yang
relatif tidak sensitif dan tidak spesifik. Uji reasksi rantai polimerase
multipleks (M-PCR) merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif untuk membedakan chancroid dari sifilis,
tetapi uji ini mahal dan tidak banyak tersedia. Sensitivitas kultur hanya
mendekati 75%, karena H. Ducreyi merupakan organisme mikroaerofilik yang
memiliki sifat sangat fastidious (sangat sulit dikulturkan).
H. Ducreyi dapat
dibiakkan pada darah dari luka-luka terbuka atau bubo. Tes kulit intradermal
dengan vaksin basil menjadi positif 1-2 minggu sesudah infeksi (tes kulit
Ducreyi). Reaksi ini dapat tetap positif bertahun-tahun. Pecatatan gram yang
dilakukan pada bahan yang diambil dari luka dapat menunjukan basil berbatang
gram negatif yang bertumpuk-tumpuk seperti dalam satu ikatan. Pembiakan yang
dibuat dari bahan yang diambil secara biopsi adalah cara yang paling akurat
untuk diagnosis.
2.6 Cara Penularan
Penularan penyakit ini melalui hubungan seksual
terutama pada kelompok social ekonomi rendah yang sering melacur dengan insiden
pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Bakteri ini masuk ke dalam
tubuh melalui kulit yang lecet dan menimbulkan terjadinya ulcus pada alat
kelamin yang pinggirnya tidak rata dan terasa sakit bila dipijit dan biasanya
terdapat beberapa ulcus.
2.7 Pencegahan
Menghindari atau tidak melakukan hubungan seksual
(heteroseksual) secara sembarangan (melacur).
2.8 Penanganan
1. Penanganan lokal yang terdiri
atas kebersihan sanga penting, luka dini harus dibersihkandengan larutan sabun
yang encer. Pengobatan terdiri atas pemberian salah satu jenis sufonamid,
misalnya sulfisoxazole selama 7-10 hari. Pengobatan ini dapat diulang .
keuntungan pemberian sulfonamid adalah karean obat ini tidak menutupi adanya
infeksi campuran dengan sifilis. Sterptomisin 1 gram intramuskulus setiap hari
mungkin dapat menyembuhkan kankroid, dan kadang-kadang, pengobatan ini dapat
dikombinasikan dengan tetrasiklin 500 mg oral 3-4 kali sehari selama 2 minggu,
atau sampai sembuh. Siprofloksasin, 2x500 mg/hari, per oral, selama 3 hari,
Eritromisin base, 4x500 mg/hari, per oral, selama 7 hari,Azitromisin 1
g, per oral, dosis tunggal.
2. Pemeriksaan
laboratorium
a. pemeriksaan langsung bahan ulkus yang diambil
dengan mengorek tepi ulkus yang diberi perwarnaan gram. Pada sediaan yang
positif ditemukan kelompok basil yang tersusun seperti barisan ikan
b. kultur pada media agar coklat, agar muller hinton
atau media yang mengandung serum dengan vancomysin. Positif bila kuman tumbuh
dalam waktu 2-4 hari (dapat samapi 7 hari).
c. Tes serologi ito-Reenstima, caranya 0,1 ml antigen
disuntikan intradermal pada kulit lengan bawah. Positif bila setelah 24 jam
atau lebih timbul indurasi yang berdiameter 5 mm. Hasil positif setelah infeksi
verlangsung 2 minggu akan terus positif seumur hidup.
d. Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H. Ducreyi
e. Tes lain yang dapat digunkan adalah tes fiksasi
komplemen, presitipin, danagglutini.
0 Comments