1.1 Definisi Penyakit Donovanosis (Granuloma Inguinale)
Granuloma inguinale atau donovanosis disebabkan oleh infeksi Klebsiella
granulomatis, sebelumnya dikenal sebagai Donovania granulomatis, dan
Calymmatobacterium granulomatis disebabkan oleh bakteri, menyerang kulit dan selaput lendir
genitalia externa, daerah inguinal dan anal. Penyakit ini berlangsung kronis, progresif dan destruktif,
penularannya sangat lambat. Penyakit ditandai dengan munculnya nodula,
papula menyebar secara pelaha-lahan, tidak lunak, exuberant,
granulomatous, ulcerative dan terjadi pembentukan jaringan
parut. Saat terjadi granuloma inguinale, timbul benjolan berwarna merah
pada area infeksi yang membesar secara perlahan. Benjolan tersebut akan pecah
dan membentuk luka. Penyakit ini jarang dilaporkan di Inggris dan pasien yang
menderita ini biasanya cenderung telah tinggal di salah satu daerah endemis
utama, yang saat ini di India, Papua Nugini, di antara orang Aborigin di
Australia, Brasil, dan Afrika Selatan (Richens,2006).
1.2 Tanda Gejala
Penyakit Donovanosis (Granuloma
Inguinale)
Gejala granuloma inguinale atau donovanosis akan mulai terlihat
setelah 1 hingga 12 minggu pasca paparan bakteri. Pada pria, area yang dapat
terkena infeksi granuloma adalah penis, skrotum, paha, dan wajah. Sedangkan
pada wanita adalah vulva, vagina, daerah antara vagina dan anus (perineum), dan
wajah. Bokong dan anus (dubur) juga dapat terkena pada penderita yang melakukan
hubungan seks anal.
Pada pasien yang mengalami granuloma
inguinale, pertama-tama timbul papul “ merah seperti daging sapi” yang mudah
berdarah, dan lembap di labia mayora atau fourchette, atau pada korona penis.
Papul berkembang menjadi nodul dan mengalami ulserasi. Penyebarsn terjadi di
sepanjang lipatan kulit sampai aera ingunal dan perianal, dengan koalesensi
lesi dan peninggian bagian tepi.
Penyakit
ini dimulai sebagai nodul subkutan tunggal atau multipel yang kemudian segera menjadi suatu erosi
melalui kulit dan secara perlahan membesar membentuk suatu variasi yang luas dalam
variasi morfologinya. Bentuk klinis yang utamanya adalah lesi kulit yang fleshy,merah daging,
exuberant granulation tissue yang lunak, tanpa nyeri dan mudah berdarah. Lesi berbentuk khas berupa granuloma berwarna merah seperti daging
sapi, meluas kepinggir
dengan ciri khas pada ujungnya menggulung dan akhirnya membentuk
jaringan ikat.
Lesi tidak mudah remuk (nontriable). Lesi biasanya muncul pada bagian-bagian tubuh yang hangat dan lembab, misalnya didaerah
lipat paha, daerah perianal, serotum, vulca
dn vagina. Lesi primer yang
meluas perlahan melalui penyebaran langsung, autoinokulasi, yang mengakibatkan
lesi baru pada kulit yang berdekatan (kissing lesion) . Melalui
mekanisme ini, suatu lesi primer pada glans penis dapat menimbulkan fokus
infeksi baru pada skrotum, paha atau pada dinding abdomen. Pembengkakan pada
inguinal terjadi pada penderita donovanosis disebut pseudobobo karena
ini merupakan granulomata subkutan. Hampir 90% daerah yang terkena
adalah daerah genitalia, daerah inguinal
sekitar 10%, daerah anal sekitar 1-5%.
Terdapat tiga tahap perkembangan luka pada kulit. Tahap
pertama, benjolan merah kecil yang tampak seperti jerawat kemudian membesar
dengan permukaan yang lembut. Meski tidak terasa sakit, perdarahan mudah
terjadi saat terluka. Pada tahap kedua, infeksi mulai merusak kulit. Dalam
tahap ini, luka (ulkus) berkembang menjadi tukak kering yang besar,sehingga
tampak seperti kutil kelamin (hypertrophic atau verrucous type). Tukak tersebut disertai bau tidak enak. Pada
tahap ketiga, tukak berkembang lebih dalam, sehingga membentuk jaringan parut
pada area tersebut (necrotic type).
Terkadang penyakit granuloma inguinale dapat menyebar
hingga kelenjar getah bening di lipat paha, sehingga timbul benjolan di lipat
paha. Granuloma inguinale juga dapat menyebar sampai ke tulang, sendi, serta
hati melalui aliran darah. Lesi
yang tidak diobati dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Infeksi
bakteri sekunder pada lesi tersebut juga terjadi. Relaps dapat terjadi 6-18
bulan setelah pengobatan. Jika dibiarkan tanpa
pengobatan, maka dapat terjadi anemia atau bahkan dapat menyebabkan kematian.
Gambar 1 Granuloma inguinale, yang memperlihatkan ciri khas lesi yang rapuh
dan menyerupai seperti daging sapi.
1.3 Etiologi Penyakit Donovanosis (Granuloma Inguinale)
Calymmatobacterium granulomatis merupakan suatu bakteri gram negative dengan ukuran 1,5 x 0,7 mm, pleomorfik,
berada dalam histiosit yang berukuran 80-90 µm, bipolar densities,
dan bersifat non motil (Murtiastutik, 2008). Penyakit Granululoma inguinale ini
mempunyai daya penularan yang rendah, bersifat kronik, progresif, biasanya
ditularkan secara autoinokulasi, mengenai genitalia dan kulit di sekitarnya,
dan kadang-kadang sistem limfatik (Judanarso,2008).
1.4 Cara Penularan Penyakit
Donovanosis (Granuloma Inguinale)
Diduga melalui kontak langsung dengan lesi selama
melakukan hubungan seksual tetapi dalam berbagai studi hanya 20-65% pasangan seksual
yang terinfeksi, ada beberapa kasus penularan bukan melalui hubungan seksual. Dengan masa inkubasi tidak diketahui, mungkin antara 1 sampai 16 minggu serta masa penularan tidak diketahui, penularan mungkin
tetap berlangsun selama masih ada lesi terbuka pada kulit atau membrana mukosa
1.5 Diagnosis Penyakit Donovanosis (Granuloma Inguinale)
Diagnosis sulit ditetapkan, terutama jika granuloma inguinale
masih berada pada tahap awal dengan lesi yang kecil. Diagnosis biasannya
ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis, hapusan jaringan
(mencari adanya D.granulomatis dalam sel-sel mononuclear yang besar),
Granuloma inguinale baru dicurigai saat timbul luka (ulkus) serta pemeriksaan laboratorium yaitu dengan ditemukannya Donovan
bodies yaitu organisme berbentuk batang didalam sitoplasma. Donovan bodies dapat
dilihat pad preparat jaringn granulasi yag
diwarnai dengan pengecatan Wright atau Giemsa. Penetapan diagnosis dapat
dilakukan dengan Pemeriksaan
laboratorium diantaranya meliputi :.
1.
Direct microscopy
Ini
merupakan metode tercepat dan paling dapat diandalkan. Yaitu dengan melakukan
pemeriksaan pada jaringan yang diambil dari sekitar lesi dengan menggunakan
pulasan Wright atau Giemsa. Hasil pemeriksaan akan menggambarkan adanya badan
Donovan yaitu berupa organisme berkelompok berwarna biru atau hitam berbentuk
batang (Milkulicz cells) dengan gambaran seperti peniti di dalam sitoplasma sel
mononukleus. Hiperplasia pseudo epithelio matosus sering tampak pada daerah
tepi ulkus. Pemeriksaan histologis untuk tubuh Donovan yang terbaik dilakukan
dengan menggunakan Giemsa atau Silver. Gambar karakteristik menunjukkan
peradangan kronis dengan infiltrasi plasma sel dan leukosit PMN.
2. Pemeriksaan histopatologi spesimen biopsi menggunakan mikroskop elektron
dengan glutaraldehyde fixation and plastic embedding.
3. Culture
Hanya satu pemeriksaan yang telah dicapai
dalam dua laboratorium di masa sekarang tidak tersedia secara rutin.
4.
PCR
dan
Metode PCR termasuk metode deteksi
colorimetric. Sebuah penyakit ulkus kelamin tes PCR multipleks telah
dikembangkan menggunakan in-house. Teknik amplifikasi asam nukleat yang
menggunakan primer C. granulomatis. Namun, tidak ada tes PCR komersial untuk donovanosis
tersedia saat ini.
5.
Serolog
Tes serologi telah
dikembangkan tetapi tidak dapat diandalkan. Jika tidak ada alat diagnostik yang
segera tersedia, swab kering harus diambil dan didinginkan, kemudian pengaturan
untuk tes PCR dilakukan.
6.
Pemeriksaan lain misalnya tes komplemen fiksasi,
imunofluoresensi indirek.
1.6 Penyebab Penyakit
Granuloma inguinale atau donovanosis disebabkan oleh bakteri
Klebsiella granulomatis. Infeksi ini dapat disebarkan melalui hubungan seksual.
Oleh karena itu, risiko terbesar
menderita penyakit infeksi menular seksual ini ada pada orang-orang yang aktif
melakukan hubungan seksual. Umumnya, granuloma inguinale menimpa pria dan
wanita berusia 20-40 tahun dengan jumlah penderita pria lebih banyak dari
wanita. Lelaki seks dengan lelaki (LSL) merupakan kelompok yang rentan. Selain
faktor tersebut, para penduduk di wilayah tropis dan subtropis, seperti
Indonesia, juga lebih berisiko mengalami infeksi ini.
1.7 Komplikasi
Penyakit
Komplikasi yang dapat timbul
dari penyakit granuloma inguinale atau donovanosis adalah:
1. Pembengkakan permanen pada alat kelamin karena jaringan parut.
2. Hilangnya warna kulit sekitar area alat kelamin.
3. Menyebar ke bagian tubuh lain serta mengakibatkan masalah seperti
gagal jantung dan pneumonia.
4. Infeksi berulang.
5. Granuloma inguinale dapat berulang, walaupun Anda telah
menyelesaikan pengobatan. Disarankan untuk kontrol rutin ke dokter setiap 6
bulan setelah Anda menyelesaikan pengobatan.
1.8 Epidemiologi Penyakit
Donovanosi (Granuloma Inguinale)
1.8.1
Distribusi
Jarang ditemukan di negara maju (jarang ditemukan di Amerika Serikat,
KLB kadang-kadang juga terjadi). Penyakit ini endemis di wilayah tropis dan
subtropis seperti: India Selatan, Papua Nugini, Australia tengah dan utara,
kadang-kadang Amerika Latin, Kepulauan Karibia, Afrika bagian tengah dan timur selatan. Lebih sering
ditemukan pada pria daripada wanita dan pada
orang dengan status sosial ekonomi rendah; dapat terjadi pada anak berumur 1-4 tahun, tetapi paling dominan
pada usia 20-40 tahun.
1.8.2
Faktor Resiko
Granuloma inguinale lebih banyak dialami oleh pria dibanding
wanita, dengan usia antara 20-40 tahun. Penyakit, ini dapat menyebar melalui
hubungan seksual. Selain itu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penularan
donovanosis dimasyarakat antara lain (Daili, 2004, p. 4) :
1) Faktor
dasar :
A. Adanya
penularan penyakit
B. Berganti
– ganti pasangan seksual
2) Faktor
medis
A. Gejala
klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatik
B.
Pengobatan modern
C. Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif sehingga risiko
resistensi tinggi dan apabila disalahgunakan akan meningkatkan risiko
penyebaran infeksi
3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat
bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat
digunakan sebagai alat pencegahan terhadap penularan donovanosis.
4) Faktor
sosial
a)
Mobilitas penduduk
b)
Prostitusi
c) Waktu
yana santai
d)
Kebebasan individu
e)
Ketidaktahuan
f. Perilaku
Berisiko Terhadap Penularan
Menurut Depkes RI (2000) perilaku yang dapat mempermudah penularan
donovanosis antara lain :
a)
Berhubungan
seks tidak aman (tanpa menggunakan kondom)
Kita bisa
terkena IMS melalui hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksudkan tidak aman
adalah :
1. Hubungan
seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina atau liang
senggama)
2. Hubungan
seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)
3. Seks
oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)
b) Ganti –
ganti pasangan seks
c)
Prostitusi
Perilaku yang memudahkan seseorang tertular donovanosis adalah :
1) Sering berganti – ganti pasangan seksual / mempunyai lebih dari
satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal / WTS.
2) Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual
lainnya.
3) Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunnyai keluhan dan tidak diberitahukan kepada pasangannya
tentang hal tersebut.
4) Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan
pasangan yang berisiko.
5) Pemakaian jarum suntik secara bersama – sama secara bergantian
misalnya pada penderita ketergantungan narkotika atau kelalaian petugas
kesehatan dalam menjaga sterilitas alat suntik.
1.8.3
Cara
Pencegahan
Granuloma inguinale merupakan penyakit yang menyebar melalui
hubungan seksual, maka dari itu beberapa perilaku seksual yang aman, dapat
membuat Anda terhindar dari penyakit. Perilaku tersebut antara lain:
1. Gunakan kondom.
2. Hindari berhubungan seksual dengan pekerja seksual.
3. Tidak berganti-ganti pasangan.
4. Pendidikan dan konseling bagi orang yang beresiko untuk memotivasi
adopsi perilaku seksual yang lebih aman.
5. Identifikasi orang yang terinfeksi baik tanpa gejala atau dengan
gejala untuk mencari layanan diagnostik dan pengobatan.
6. Diagnosis dan pengobatan orang yang terinfeksi dengan cepat dan
efektif
7. Memutuskan rantai penularan IMS.
8. Bila terinfeksi IMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
9. Jika Anda menderita donovanosis, jangan melakukan hubungan seksual
untuk menghindari penyebaran penyakit. Segera lakukan konsultasi dengan dokter
bila Anda menemukan kelainan di sekitar kelamin, agar mendapatkan diagnosis dan
pengobatan yang tepat.
1.8.4
Cara
Pemberantasan
1.8.4.1 Upaya Pencegahan
Kecuali cara-cara yang dapat
diterapkan hanya untuk sifilis, maka cara-cara penanggulangan untuk sifilis, seperti yang
diuraikan pada 9A berlaku juga untuk pencegahan granuloma inguinalae. Program penyuluhan
kesehatan masyarakat pada daerah endemis ditekankan mengenai pentingnya diagnosa dini dan
pengobatan dini.
2.6.7.2 Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan
sekitar
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Penyakit ini wajib
dilaporkan di semua negara bagian di Amerika Serikat dan negara lain didunia, Kelas
3B (lihat pelaporan tentang penyakit menular).
2) Isolasi: Tidak ada, hindari kontak yang erat dengan penderita sampai
lesi sembuh.
3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari
lesi dan terhadap barang-barang yanga tercemar.
4) Karantina: Tidak ada.
5) Imunisasi Kontak: Tidak dilkakukan, berikan pengobatan dengan segera
apabila secara klinis dicurigai telah terjadi infeksi.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan terhadap
kontak seksual.
7) Pengobatan spesifik: Erythromycin, TP-SMX dan doxycycline, dilaporkan cukup efektif tetapi strain resisten terhadap obat dapat terjadi. Pengobatan
diteruskan selama 3 minggu sampai lesi sembuh, kambuh jarang terjadi tetapi kalau
terjadi maka respons terhadap pengobatan kedua kurang. Dosis tunggal dengan cefriaxone IM atau ciprofloxacin PO dilaporkan juga
cukup efektif.
1.9 Pengobatan
Pengobatan penyakit granuloma inguinale sebaiknya dilakukan sejak
dini. Hal ini bertujuan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit, seperti
pembengkakan alat kelamin dan pembentukan jaringan parut permanen. Pengobatan
dapat dilakukan dengan obat antibiotik. Pemberian antibiotik setidaknya
dilakukan selama 3 minggu dan dapat dilanjutkan hingga luka benar-benar sembuh.
Beberapa antibiotik yang dapat diberikan adalah kotrimoksazol dan
doxycycline. Pilihan antibiotik lainnya adalah erythromycin, ciprofloxacin, dan
azithromycin . Respons terhadap pemberian antibiotik tersebut dapat terlihat
dalam waktu 7 hari. Namun, jika belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, maka
dapat ditambahkan obat antibiotik gentamicin yang diberikan melalui suntikan.
Selama masa pengobatan, pasien disarankan tidak melakukan hubungan seksual hingga semua luka benar-benar sembuh, Setelah itu, diperlukan pemeriksaan lanjutan guna memastikan kesembuhan penyakit ini. Selain penderita sendiri, pasangan penderita granuloma inguinale juga perlu diperiksa dan diobati jika mengalami gejala serupa.
Selama masa pengobatan, pasien disarankan tidak melakukan hubungan seksual hingga semua luka benar-benar sembuh, Setelah itu, diperlukan pemeriksaan lanjutan guna memastikan kesembuhan penyakit ini. Selain penderita sendiri, pasangan penderita granuloma inguinale juga perlu diperiksa dan diobati jika mengalami gejala serupa.
0 Comments