Proses
manajemen kebidanan menurut ACNM (1999) terdiri dari
a. Secara
sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengakap dan lengkap dan
relevan dengna melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
b. Mengidentifikasi
masala dan membuat diagnosis berdasarkan interpretasi data dasar
c. Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan
tujuan asuhan kesehatan bersama klien
d. Memberikan
informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung
jawab terhadap kesehatan
e. Membuat
rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
f. Secara
pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual
g. Melakukan
konsultasi, perencanaan dan melaksanakana manajemen dengna berolaborasi dan
merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
h. Merencanakan
manajemen terhadap komplikasi tertentu dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal
i.
Melakukan evaluasi bersama klien
terhadap pencpaian asuhan kesehatan dan merivisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
Proses
Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney (1997)
Varney
(1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an.
LANGKAH
1. PENGUMPULAN DATA DASAR
Pada
langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien lengkap, yaitu
a. Riwayat
kesehatan
b. Pemeriksaan
fisik sesuai kebutuhannya
c. Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau
data laboratorium
LANGKAH
2. INTERPERETASI DATA DASAR
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis, kebutuhan dan masalah klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan
a. Diagnosis
Kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
Syarat
Standar nomenklatur kebidanan:
1) Diakui
dan dsyahkan oleh profesi
2) Berhubungan
langsung dengan praktis kebidanan
3) Memiliki
ciri khas kebidanan
4) Didukung
oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5) Dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Berikut
daftar diagnose nomenklatur kebidanan
1.
Persalinan Normal
2. Partus Normal 3. Syok 4. DJJ tidak normal 5. Abortus 6. Solusio Placentae 7. Akut Pyelonephritis 8. Amnionitis 9. Anemia Berat 10. Apendiksitis 11. Atonia Uteri 12. Infeksi Mammae 13. Pembengkakan Mamae 14. Presentasi Bokong 15. Asma Bronchiale 16. Presentasi Dagu 17. Disproporsi Sevalo Pelvik 18. Hipertensi Kronik 19. Koagilopati 20. Presentasi Ganda 21. Cystitis 22. Eklampsia 23. Kelainan Ektopik 24. Ensephalitis 25. Epilepsi 26. Hidramnion 27. Presentasi Muka 28. Persalinan Semu 29. Kematian Janin 30. Hemorargik Antepartum 31. Hemorargik Postpartum 32. Gagal Jantung 33. Inertia Uteri 34. Infeksi Luka |
35.
Invertio Uteri
36. Bayi Besar 37. Malaria Berat Dengan Komplikasi 38. Malaria Ringan Dengan Komplikasi 39. Mekonium 40. Meningitis 41. Metritis 42. Migrain 43. Kehamilan Mola 44. Kehamilan Ganda 45. Partus Macet 46. Posisi Occiput Posterior 47. Posisi Occiput Melintang 48. Kista Ovarium 49. Abses Pelvix 50. Peritonitis 51. Placenta Previa 52. Pneumonia 53. Pre-Eklampsia Ringan/Berat 54. Hipertensi Karena Kehamilan 55. Ketuban Pecah Dini 56. Partus Prematurus 57. Prolapsus Tali Pusat 58. Partus Fase Laten LAma 59. Partus Kala II Lama 60. Sisa Plasenta 61. Retensio Plasenta 62. Ruptura Uteri 63. Bekas Luka Uteri 64. Presentase Bahu 65. Distosia Bahu 66. Robekan Serviks dan Vagina 67. Tetanus 68. Letak Lintang |
Rujukan :
WHO, UNFPA, UNICEF, World Bank (2000) I M P A C (Intergrated Management of Pregnancy And Chilbirth), Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : A Guide for Midwives and dovtor, Departement of Reproductive Health and Research.
b. Masalah
adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis
Contoh
Rumusan masalah:
Masalah
|
Dasar
|
Wanita
hamil trimester III merasa cemas
|
Wanita
mengatakan takut menghadapi persalinannya
|
c. Kebutuhan
adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnose dan maslah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
Kebutuhan
|
Dasar
|
Wanita
hamil memiliki hewan peliharaan
Kebutuhan
:
Penyuluhan
bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan
TORCH
|
Ibu
mengatakan seluruh keluarga menyayangi binatang
|
LANGKAH
III . IDENTIFIKASI DIAGNOSIS ATAU MASALAH POTENSIAL
Pada
langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
Contoh
:
Seorang
wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan
kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
·
Besar dari masa kehamilan
·
Ibu dengan diabetes kehamilan, atau
·
Kehamilan kembar
Kemudian
dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk
resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan
yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada
setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap
bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Bidan
dituntut mampu mengantisipasi masalah potensial. Tidak hanya merumuskan maslah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah potensial tidak terjadi.
LANGKAH
IV. PENETAPAN KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data
baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari
data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter,
misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
LANGKAH
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,
kultural atau masalah psikologis.
Dengan
kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui
oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
LANGKAH VI : MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Pada
langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
LANGKAH
VII : EVALUASI
Pada
langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses
manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis.
Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua
langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja
0 Comments