Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran meruoakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan periiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan sebaai berikut.
1. Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
2. Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah
rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya
produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke
dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
dengan kekuatan sendiri.
3. Paritas adalah
jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup
maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan
lebih dari 24 minggu.
4. Delivery (kelahiran)
adalah proses keluarnya janin termasuk plasenta.
5. Gravid
(kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus, molahidatidosa dan kehamilan
ektopik yang pernah dialami oleh seorang ibu.
6. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.
7. Persalinan spontan adalah
persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuaatan mengejan ibu.
Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.Pada kehamilan kedua hormone tersebut berada dalan keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan hipofise pars posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih sewaktu partus/persalinan. Disamping factor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim.
Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan :
Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang semakin membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan factor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.Teori hipotalamus-pituitari dan galandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganliom ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat , besar kemungkinan semua faktor bekerja sama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat mula dimulai, misalnya dengan memecahkan ketuban yang bertujuan untuk mengurangi keregangan otot rahim, sehingga kontraksi dapat segera dimulai. Keregangan yang melampaui batas melemahkan kontraksi rahim, sehingga perlu diperkecil, agar his dapat dimulai. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi, dengan penyuntikan oksitosin dimana sebaiknya secara drip (melalui infuse intravena), pemakaian prostaglandin. Induksi persalinan dengan mekanik, misalnya dengan memasukkan beberapa gagang laminaria stiff dalam kanalis servikalis untuk merangsang pleksus frankenhauser. Persalinan dengan tindakan operasi, dengan tindakan bedah seksio sesaria.
Tahapan Persalinan
Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan dapat
diperkirakan.
Kala II
Kala II atau kala pengeluaran. Gejala utama kala II (pengeluaran)
adalah:
a. His semakin
kuat dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir
kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah
pada pembukaan mendekati lengkap dikuti keinginan mengejan, karena tertekannya
pleksus Frankenhauser.
d. Kedua kekuatan,
his dan mengejan lebih mendororng kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka
pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap
punggung,
f. Setelah putar
paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan: kepala
dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu,ditarik curam kebawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untk melahirkan bahu belakang, setelah
kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir
diikuti oleh sisa air ketuban.
g.
Lamanya kala II
untuk primigravida 50 menit dan untuk multigravida 30 menit.
Kala III
Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung
pelepasan plasenta padalapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus
menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta
dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada fundus uteri.
Kala IV
Kala IV (observasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi
yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan TTV: tekanan
darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan
dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Table lama
persalinan pada primigravida dan multigravida.
Kala
Persalinan
|
Primigravida
|
Multigravida
|
I
|
10-12
jam
|
6-8
jam
|
II
|
1-1,5
jam
|
0,5-1
jam
|
III
|
10
menit
|
10
menit
|
IV
|
2
jam
|
2
jam
|
Jumlah
(tanpa memasukkan kala IV yang bersifat observasi)
|
10-12
jam
|
8-10am
|
Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan menjaga derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
beberapa upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin gar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang diinginkan. Dengan demikian setiap intervensiyang akan
diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alas an dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajua dan
keberhasilan proses persalinan.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi:
1.
Membuat
keputusan klinik
2.
Asuhan sayang
ibu dan sayang bayi
3.
Pencegahan
infeksi
4.
Pencatatan
(rekam medik) asuhan persalinan
5.
Rujukan
Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan pasien. Keputusan harus akurat, komprehensif, dan aman bagi pasien, keluarga maupun petugas yang memberikan pertolongan.Keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teori dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based), ketrampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien.
Pengetahuan dan keterampilan saja tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.
Tujuh Langkah dalam Membuat Keputusan Klinik:
a.
Pengumpulan
data utama dan relevan untuk membuat keputusan
Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap
langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama misalnya riwayat
persalinan., data subyektif diperoleh dari anamnesis dan data obyektif dari
hasil pemeriksaan fisik diperoleh melalui upaya sistematik dan terfokus.
Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk
melakukan analisis dan akhirmya membuat keputusan klinik yang tepat.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
1. Anamnesis dan observasi langsung : berbicara
dengan ibu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ibu dan mencatat
riwayatnya. Mengamati perilaku ibu dan apakah ibu terlihat sehat dan sakit,
merasa nyaman atau nyeri.
2.
Pemeriksaan
fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
3.
Pemeriksaan penunjang:
pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, dsb.
4.
Catatan medik.
b.
Interpretasi
datan untuk mendukung diagnosis atau dentifikasi masalah
Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan dapat melakukan
analisis untuk mendukung alur diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju
pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses yang linier melainkan suatu proses
sirkuler ang berlangsung terus menerus. Suatu diagnosis kerja di uji dan
dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pngamatan dan pengumpulan data secara
terus menerus.
Untuk membuat diagnosis
dan identifikasi masalah diperlukan data yang tepat dan akurat, kemampuan untuk
mengintepretasi/analisa data dan pengetahuan esensial,intuisi serta pengalaman
yang relevan dengan masalah yang ada.
Diagnosis dibuat sesuai
dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu pada data
utama, analisis data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis
menunjukkan variasi kondisi yang berkisar antara normal dan patologis yang
memerlukan upaya korektif untuk menyelesaikannya. Masalah memiliki dimensi yang
lebih luas dan tidak mempunyai batasan yang tegas sehingga sulit untuk segera
diselesaikan. Masalah dapat merupakan bagian dari diagnosis sehingga selain
upaya korektif untuk diagnosis, juga diperlukan upaya penyerta untuk mengatasi
masalah.
c.
Menetapkan
diagnosis kerja atau merumuskan masalah
Bagian ini
dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan
berbagai kemungkinan diagnosis lain (diagnosis banding). Rumsan masalah mungin
saja terkait langsung terhadap diagnose tetapi dapat pula merupakan masalah
utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain
yang berkontribusi dalam terjadinya masalah utama.
d. Menilai adanya
kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah
Bidan sebagai petugas disini tidak hanya diharapkan terampil untuk
membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus
mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan
bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca
situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali
kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya
apabila situasi gawat darurat terjadi.
e.
Menyusun
rencana asuhan atau intervensi
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui
kajian data yang diperoleh, diidentifkasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan
intervensi dan mengukur sumber daya atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini
dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditanani secara baik dan
melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial yang dapat
mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu maupun mengancam keselamatan ibu
dan bayi.
Rencana asuhan harus dijelaskan baik pada ibu maupun keluarganya
agar mereka mengerti manfaat yang diharapkan dan bagaimanaupaya penolong untuk
menghindari ibu dan banyinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat
mengancam keselamatan jiwa atau kualitas hidup mereka.
f.
Melaksanakan
asuhan
Setelah rencana
asuhan dibuat maka laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman. Hal
ini akan menghindari terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan bayinya
yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan
pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan apa yang sedang dihadapi sehingga
mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada beberapa keadaan,
penolong sering dihadapkan pada pilihan yang sulit karena ibu dan keluarga
meminta penolong untuk menentuka intervensi yang terbaik bagi mereka dan hal
ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar ibu dan kelurga mengerti bahwa
hal ini terkait dengan hak klien dan kewajiban petugas untuk memperoleh hasil
terbaik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan:
1.
Bukti-bukti
ilmiah
2.
Rasa percaya
ibu terhadap penolong persalinan
3.
Pengalaman
saudara atau kerabat untuk kasus serupa
4.
Tempat dan
kelengkapan fasilitas kesehatan
5.
Biaya yang
diperlukan
6.
Akses ketempat
tujuan
7.
Luaran dari
system dan sumber daya yang ada
g.
Memantau dan
mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi
Penatalaksanaan
yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai keefektifitasannya.
Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan
saat itu. Jika pada saat evaluasi ditemukan bahwa status ibu dan bayi baru
lahir telah berubah, sesuaikan ashan yang diberikan untuk memenuhi perubahan
kebutuhan tersebut.
Asuhan atau
intervensi dianggap membawa manfaat dan teruji efektif apabila masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap
diagnosis yang telah ditegakkan. Apapun jenisnya asuhan dan intervensi yang
diberikan harus efisien, efektif dan dapat diaplikasikan pada kasus serupa
dimasa mendatang.
Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, maka ibu akan merasa aman dan keluarga lebih baik, disebutkan juga bahwa hal tersebut dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vacuum, cunam, dan seksio sesar persalinan berlangsung lebih cepat
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:
- Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
- Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelm asuhan tersebut dimulai
- Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
- Anjurkan ibu bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawati
- Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
- Berikan dukungan , besarkan hatiya dan tentramkan perasaan ibu serta anggota keluarganyya
- Anjurkan ibu untuk ditemani suami/keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya
- Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
- Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi
- Hargai privasi ibu
- Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
- Anjurkan ibu untuk minum dan makan-makanan ringan sepanjang ia menginginkannya
- Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
- Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomy, pencukuran, klisma
- Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
- Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi
- Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
- Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pasca persalinan:
- Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
- Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai permintaan bayi.
- Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
- Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi
- Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir.
Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terlepas dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukakn juga untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang kini belum ditemukan cara mengobatinya seperti hepatitis, HIVAIDS.Tujuan tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan:
·
Meminimalkan
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
·
Menurunkan
resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
· Setiap orang
(ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dapat dianggap menularkan
penyakit karena infeksi bersifat asimptomatik (tanpa gejala)
· Setiap orang
harus dianggap beresiko terkena infeksi
· Permukaan benda
disekitar kita, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan
permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap
terkontaminasi hingga setelah digunakan harus diproses secara benar
· Jika tidak
diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan
benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi
· Resiko infeksi
tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan
konsisten
Definisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi:
Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah
semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh
yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan atau
menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati
hingga tingkat aman.
Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan mencegah infeksi dengan cara membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang
digunakan untuk memastikasn bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman
benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh
atau benda asing (debu, kotoran) dari kulit atau instrumen.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
hamper semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
DTT adalah tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora
bakteri pada bend-benda mati atau instrumen.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi:
a.
Cuci tangan
Seluruh permukaan kedua tangan dicuci dengan sabun selama 15-30
detik dan dicuci dengan air mengalir.
b.
Memakai sarung
tangan dan pelindung lainnya
Pemakaian sarung tangan:
·
Apabila
melakukan tindakan klinik
·
Apabila
memegang alat medik dan sarung tangan
·
Apabila
membuang sampah medik (kapas, kasaa dll)
c.
Menggunakan
tehnik aseptik dan antiseptik
d.
Memproses alat
bekas pakai
e.
Menangani
peralatan tajam dengan aman
f. Menjaga
kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar)
Pencatatan
Catat semua
asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika asuhan tidak dicatat
dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian
penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong
persalinan untuk terus menerus memperhatikan yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi.
Mengkaji ulang
catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat
lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau
perawatan bagi ibu dan bayinya. Partograf adalah bagian penting dari proses
pencatatan selama persalinan. Pencatatan rutin penting dilakukan karena:
·
Dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah
asuhan atau perawatan sudah efektif, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan
yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan
atau peraawatan.
·
Dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik. Dari
aspek metode keperawatan, informasi tentang intervensi atau asuhan yang
bermanfaat dapat dibagikan atau diteruskan pada tenaga kesehatan lainnya.
·
Merupakan
catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan.
·
Dapat dibagikan
pada diantara penolong persalinan
·
Dapat
mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjngan berikutnya, dari
satu penolong ke penolong persalinan lainnya atau dari penolong persalinan ke
fasilitas kesehatan lainnya.
·
Dapat digunakan
untuk penelitian atau studi kasus
·
Diperlukan
untuk member masukan data statistic nasional, daerah, termasuk catatan kematian
dan kesakita ibu/bayi baru lahir.
Aspek-aspek penting dalam pencatatan:
·
Tanggal dan
waktu asuhan tersebut diberikan
·
Identifikasi
penolong persalinan
·
Paraf atau
tanda tangan persalinan pada semua catatan
·
Mencakup semua
informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan dapat dibaca
·
Suatu system
untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap sedia
·
Kerahasiaan
dokumen-dokumen medis
Ibu harus diberikan salinan catatannya (catatan klinik antenatal,
dokumen-dokumen rujukan, dll) beserta panduan yang jelas:
·
Maksud dari
dokumen-dokumen tersebut
·
Kapan harus
dibawa
·
Kepada siapa
harus diberikan
·
Bagaimana
menyimpan dan mengamankannya, baik dirumah atau selama perjalanan ketempat
rujukan.
Beberapa hal penting dalam pencatatn adalah catat semua data, hasil
pemeriksaan, diagnosis, obat-obatan, asuhan/perawatan. Jika tidak dicatat dapat
dianggap tidak melakukan asuhan tersebut dan pastikan setiap partograf bagi
setiap pasien diisi dengan lengkap dan benar.
Rujukan
Rujukan dalam
kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar
10-15 persen diantaranya mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangat
sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayinya kefasilitas rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi
syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui
fasilitas rujukan yang mampu untuk penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan
bayi baru lahir seperti:
·
Pembeedahan
termasuk sesar
·
Transfuse darah
·
Persalinan
menggunakan ekstraksi cunam atau vakum
·
Pemberian
antibiotic intravena
·
Resusitasi BBL
dan asuhan lanjutan bagi BBL
Informasi
dan persiapan-persiapan yang harus dimasukkan kedalam rencana rujukan:
- Siapa yang akan menemani ibu atau BBL
- Tempat-tempat rujukan mana yang disukai ibu dan keluarga
- Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya. Saran transportasi harus sedia segera baik siang maupun malam
- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika diperlukan transfusi
- Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan, dan bahan-bahan
- Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah
Rencana rujukan harus dikaji ulang pada ibu dan keluarga,
kesempatan ini dilakukan selama kunjungan antenatal atau awal persalinan. Jika
ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat
mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluargannya diawal persalinan. Jika
timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan, maka
sering kali sulit melakukan semua persiapan secara cepat. Rjukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi
baru lahir.
Untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan, maka
singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan:
B (bidan)
Patikan
bahwa ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten untuk melaksanakan gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir untk
dibawa kefasilitas rujukan.
A (alat)
Bawa
perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalian. Perlengkapan dan
bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan
menuju fasilitas rujukan.
K (keluarga)
Beritahu
ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan atau bayi dan mengapa ibu
dan atau bayi dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan rujukan merujuk
ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S (surat)
Berikan
surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/bayi baru lahir, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/ bayi baru lahir. Sertakan juga
partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.
O (obat)
Bawa
obat obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan
tersebut mungkin diperlukan selama perjalanan.
K (kendaraan)
Siapkan
kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup
nyaman. Selain itu pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan
pada waktu yang tepat.
U (uang)
Ingatkan
pada keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan yang diperlukan selama ibu dan/bayi
baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
DA (darah)
Siapkan
orang yang akan menjadi pendonor darah jika transfusi diperlukan.
Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda bahwa persalinan mulai berlangsung adalah sebagai
berikut:
·
Kontraksi yang
berkala lama dan kekuatannya terus meningkat. Lamanya 45-75 detik
· Kekuatan
kontraksi: semakin lama akan bertambah kuat. Saat mulas, jika kita menekan
dinding perut dengan telunjuk akan terasa perut mengeras,
· Interval
kontraksi: akan bertambah sering, permulaan 10 menit sekal,I, kemudian menjadi
2 menit sekali.
·
Pecahnya
kantung ketuban.
· Keluarnya
bercak darah bukan petunjuk akurat ibu akan segera melahirkan. Namun ibu perlu
waspada terhadap hal tersebut, jika perdarahan banyak, ibu perlu segera kerumah
sakit tanpa perlu menunggu hingga kontraksi yang terjadi mulai teratur dan
bertambah kuat kekuatannya.
Referensi
- Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin) Penerbit Fitramaya 2008. Sumarah,S.SiT, Yeni Widyastuti, S.SiT, Nining Wiyati, S.Pd, APP, M.Kes
- Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Penerbit EGC 2012. dr. Ida Ayu Manuaba, Sp. OG, dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Sp.OG, Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG (K)
- Asuhan Kebidanan II (Persalinan) Rohima press 2011. Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, Dewi Purwaningsih, S.SiT, M.Kes, Nilda Syintia Dewi, S.SiT, Ana Kurniati, S.SiT
- Buku Pintar Kehamilan & Membentuk Anak Cerdas Sejak Hamil, Pyramedia 2010. Nurhaeni Arief
0 Comments